Senin, 22 Desember 2014

Tiongkok Anggap Laut sebagai Kekuatan untuk Kuasai Dunia



BEIJING, (CB).- Sejak dulu kekuatan laut telah dianggap sangat penting untuk dikuasai karena ini terkait erat dengan kepentingan ekonomi sehingga negara dengan kekuatan laut yang besar akan memiliki pengaruh besar dunia.
Dengan kata lain, siapa yang menguasai laut, akan menguasai dunia. Konsep ini diungkapkan ahli geostrategi ternama dunia asal Amerika Serikat Alfred Thayer Mahan (1840–1914) yang kemudian menginspirasi banyak negara, termasuk Republik Rakyat Tiongkok-nama resmi pemerintahan Beijing, untuk meningkatkan kekuatan laut mereka.
Dalam satu dekade terakhir ini pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memang cukup agresif mengklaim kawasan startegis Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang kaya dengan sumber daya alam itu. Bahkan, negara komunis terbesar di dunia itu tak sungkan mengklaim 90 persen kepemilikan LTS yang luasnya mencapai 3.500.000 kilometer persegi itu. Padahal di sekitar laut tersebut terdapat kedaulatan sejumlah negara yang seharusnya dihormati, sesuai dengan hukum laut internasional.
Ketaksungkanan tersebut ditunjukkan RRT lantaran negara yang dipimpin Xi Jinping tersebut sadar bahwa kekuatan laut akan menjadikan Tiongkok semakin jaya di dunia.
Setidaknya, dengan memiliki kekuatan laut yang mumpuni, RRT akan mudah mengontrol jalur komersil dan lalu lintas perdagangan internasional. Selain itu, sea power-istilah yang digunakan pakar geostartegi Mahan untuk menyebut kekuatan laut, juga bisa menjadi kekuatan penggetar (deterrence) yang signifikan untuk melindungi kepentingan nasional.
Akan tetapi, strategi Tiongkok tersebut berbenturan dengan kepentingan sejumlah negara yang berbatasan langsung dengan LTS, diantaranya Filipina, Malaysia, Brunei, Indonesia, Singapura, dan Vietnam.
Kawasan lainnya yang juga mengklaim LTS adalah Taiwan yang juga dikenal dengan nama lain Republik Tiongkok - usai menyatakan kemerdekaanya dari pemerintah Beijing lebih dari lima dekade lalu. Namun demikian, sampai saat ini RRT tak pernah mengakui kemerdekaan Taiwan.
Soal Taiwan ini, kita bisa melihat bagaimana Tiongkok juga menggunakan pengaruhnya yang besar di dunia ini untuk menggetarkan sejumlah pihak yang berusaha menentangnya. Tak heran, meskipun Taiwan telah lama menyatakan merdeka dari RTT, tak banyak negara yang terang-terangan mengakui kemerdekan Republik Tiongkok tersebut. Ini juga membuat sejumlah negara di dunia pun menyikapi klaim merdeka Taiwan dengan ambivalen.
Sikap tersebut sebenarnya tak perlu diherankan. Pasalnya, dengan status Tiongkok sebagai ekonomi nomor satu dunia, banyak negara memilih tak melakukan konfrontasi dengan Beijing. Mereka khawatir ini akan berimplikasi buruk terhadap perekonomian di negara mereka yang kebanyakan mulai bergantung pada Tiongkok.


Credit PikiranRakyat