AFP/ROSLAN RAHMAN
Pengamat penerbangan sekaligus mantan Kepala Staf Angkatan Udara Chapy Hakim di Jakarta, tadi malam, punya penilaian. "Ini tentu saja sifatnya masih spekulasi, tetapi mendekati masuk akal, bahwa pesawat tersebut melakukan pendaratan darurat di laut," ujar Chapy.
Temuan jenazah korban dan badan pesawat yang relatif masih utuh, menurut dia, memberi indikasi kuat bahwa pesawat dengan tujuan Singapura dari Surabaya tersebut tidak jatuh seperti diperkirakan banyak pihak sebelumnya. "Apa yang terjadi sebelumnya, kita belum tahu pasti. Tetapi minimal dengan temuan hari ini pesawat tersebut tidak jatuh, tetapi berusaha mendarat darurat," pungkas Chapy.
Pengamat penerbangan Samudera Sukardi memperkirakan kendali pesawat Air Asia tersebut lepas kontrol yang disebabkan cuaca buruk, mungkin melintasi awan kumulonimbus, sehingga mengalami guncangan. "Pesawat akan sulit dikuasai," katanya kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.
Pernyataan itu juga diperkuat kronologi bahwa pilot pesawat meminta izin menaikkan ketinggian menjadi FL 380 dari FL 320 serta mengubah arah penerbangan ke kiri. Dua mesin pesawat mati, menurut Samudera, karena icing. "Ada water contain, lalu black out, elektrifikasi mati semua," ungkapnya.Ia menambahkan pesawat jatuh ke laut di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, setelah mencoba bertahan atau menghindari awan (kumulonimbus) yang menjadi momok bagi pilot di dunia penerbangan.
Pengamat penerbangan Arista Atmadjati menambahkan pesawat sepertinya agak salah arah dari rencana penerbangan semula, kemungkian hal itu bisa terjadi karena radar dan sistem navigasi pesawat rusak sehingga pesawat terbang tidak terkendali.
"Pilot berusaha mengendalikan (pesawat) namun tidak berhasil, bisa disebabkan terkena petir saat masuk awan cumulusnimbus. Semua sistem di kokpit rusak," ujarnya.
Menanggapi ditemukannya jasad korban yang masih utuh, Arista menduga kemungkinan besar saat pesawat masuk ke laut para penumpang masih memakai sabuk pengaman. "Jadi masih terikat di kursinya dengan posisi rapi karena pesawat tidak pecah, karena sudah tiga hari maka jenasah dengan sendirinya ada yang bisa keluar ka rena pintu-pintunya sudah lepas," paparnya.
Tunggu kotak hitam
CEO Air Asia Tony Fernandes, kemarin, masih enggan berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501. Dia mengaku belum bisa berkomentar banyak mengenai penyebab jatuhnya pesawat sebelum kotak hitam (black box) dari dalam pesawat itu ditemukan.
"Saya rasa terlalu cepat untuk menyimpulkan. Black box belum ditemukan, tentu butuh ahli untuk investigasi," ucap Fernandes saat jumpa pers di Crisis Centre Bandara Juanda, Surabaya, kemarin. (Bow/Ids/P-2)
Credit mediaindonesia.com