Rencana ini mencakup perdamaian Israel-Palestina yang akan dirilis April mendatang.
CB,
 WARSAWA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan merilis rencana 
perdamaian Timur Tengah, termasuk konflik Israel-Palestina, pada April 
mendatang, tepatnya setelah Israel melaksanakan pemilu. Hal itu 
diungkapkan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner.
Dilaporkan laman 
Politico,
 sejumlah menteri dari negara-negara yang berpartisipasi dalam 
konferensi Warsawa, Polandia, telah melakukan pertemuan tertutup dengan 
Kushner pada Rabu (13/2).
Pada kesempatan itu Kushner mengungkapkan akan memperkenalkan rencana perdamaian Timur Tengah pasca-Pemilu Israel pada 9 April.
Dalam
 rencana perdamaian yang dikenal dengan istilah "Deal of the Century" 
tersebut, tercakup pula tentang penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Kushner mengungkapkan bahwa Israel dan Palestina harus bersedia menjalin negosiasi dan berkompromi. 
Kendati belum disingkap,
 Deal of the Century
 disangsikan dapat menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Sebab dalam 
rancangan tersebut, AS diduga tak lagi mencantumkan tentang status 
Yerusalem dan nasib jutaan pengungsi Palestina di beberapa negara Arab.
Profesor dan Direktur Institut Kebijakan Keamanan Global di Universitas New Mexico, Emile Nakhleh, berpendapat 
Deal of the Century adalah upaya sia-sia yang dilakukan AS.
"Kesepakatan
 seperti itu akan mati pada saat kedatangan karena tidak diharapkan 
untuk mengatasi pencabutan pendudukan Israel atau penegasan kedaulatan 
Palestina," kata dia, dikutip laman 
Alaraby. 
Seorang peniliti kebijakan AS di Timur Tengah, Joe Macaron, mengkritik kurangnya keterlibatan pihak-pihak dalam penyusunan 
Deal of the Century, termasuk Palestina.
"Apa yang disebut 
Deal of the Century
 adalah satu-satunya upaya dalam sejarah penyelesaian konflik, di mana 
para pihak yang berkonflik tidak termasuk dalam proses, atau pendukung 
regional mereka diberitahu," ujarnya.
Pemimpin dari
 12 faksi politik Palestina sempat melakukan pembicaraan selama tiga 
hari di Moskow, Rusia, yang berakhir pada Rabu (13/2). Mereka semua 
sepakat menentang 
Deal of the Century. 
Perwakilan
 Fatah Azzam al-Ahmad mengatakan, Deal of the Century adalah sebuah 
jebakan AS. "Jika skenario itu dilakukan, bahkan langit di atas 
Palestina akan ditempati," ujar al-Ahmad.
Dengan 
wilayah yang diblokade seluruhnya oleh Israel, al-Ahmad menilai nantinya
 Palestina tidak akan bisa mandiri atau sangat tergantung.
"Tanpa
 bandara dan diblokir dari semua sisi oleh Israel, Palestina akan sangat
 tergantung. Itu seperti menciptakan ghetto (kamp konsentrasi) 
Palestina," ujarnya.
Di sisi lain, al-Ahmad 
meyakini Deal of the Century tidak lagi menyematkan tentang status 
Yerusalem yang telah diakui sebagai ibu kota Israel oleh AS. Padahal 
Palestina mendambakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depannya.
Anggota terkemuka Hamas Mousa Abu Marzouk juga menyatakan penolakannya terhadap 
Deal of the Century.
"Kami tidak bisa membiarkan Jalur Gaza terisolasi. Kami menolak solusi Amerika untuk masalah ini, yang mereka sebut sebagai 
Deal of the Century," katanya.
Sementara pembicaraan antarfaksi Palestina di sana berakhir tanpa adanya penandatangan kesepakatan.
Para
 perwakilan menutup konferensi pers dengan seruan mendesak rekonsiliasi 
nasional. Sebab hanya Palestina yang bersatu yang dapat menentang 
konspirasi AS-Israel tersebut.