Kamis, 28 Februari 2019

Waswas Perang Nuklir usai India-Pakistan Saling Tembak Jatuh Jet Tempur



Waswas Perang Nuklir usai India-Pakistan Saling Tembak Jatuh Jet Tempur
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Foto/REUTERS



ISLAMABAD - Konflik India dan Pakistan di wilayah Kahsmir semakin memanas, di mana kedua negara sudah saling menembak jatuh jet tempur satu sama lain. Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan melontarkan warning atau peringatan tentang potensi perang nuklir jika terjadi kesalahan perhitungan.

Seperti diberitakan SINDonews.com hari Rabu, dari data Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, India saat ini memiliki 130-140 hulu ledak nuklir. Sedangkan Pakistan lebih banyak, yakni 140 hingga 150 hulu ledak nuklir.

Senjata nuklir India didukung dengan sembilan jenis rudal operasional, termasuk Agni-3 dengan jangkauan 3.000 km hingga 5.000 km. Sedangkan senjata nuklir Pakistan didukung rudal Shaheen 2 dengan jangkauan terpanjang hingga 2.000 km.

PM Khan dalam pidatonya hari Rabu memperingatkan potensi perang nuklir antara India dan Pakistan dengan merujuk persenjataan yang dimiliki kedua negara. Untuk mencegah potensi perang mengerikan itu, dia mengajukan permohonan untuk berunding.

Menurut Khan sudah waktunya untuk menempuh solusi diplomatik atas krisis Kahsmir."Saya bertanya pada India; dengan senjata yang Anda miliki dan senjata yang kami miliki, bisakah kita melakukan kesalahan perhitungan? Bukankah seharusnya kita berpikir bahwa jika ini meningkat, apa yang akan terjadi?," katanya dalam pidato di televisi yang dikutip The Guardian, Kamis (28/2/2019), mengacu pada potensi perang nuklir kedua negara.

Pidati Khan disampaikan beberapa jam setelah Angkatan Udara Pakistan mengklaim telah menembak jatuh dua pesawat jet tempur India dan menangkap seorang pilotnya. Dua jet tempur New Delhi ditembak jatuh setelah menyerang wilayah Kahsmir yang dikuasai Pakistan pada hari Rabu.

Pada hari Selasa, jet-jet tempur India juga meluncurkan serangan sebagai respons atas serangan bom bunuh diri yang menewaskan 40 personel polisi paramiliter India di wilayah Kashmir yang jadi disengketakan kedua negara, dua minggu lalu.

Salah satu pesawat India jatuh ke wilayah Kahsmir yang dikuasai India, dan yang lainnya jatuh ke wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, di mana seorang pilotnya ditangkap. Video yang dirilis media Pakistan menunjukkan pilot India yang ditangkap berlumuran darah dengan mata ditutup dan tangan diikat ke belakang. Pakistan mengidentifikasinya sebagai Komandan Sayap Abhinandan.

"Kami menunggu dan hari ini kami bertindak," kata Khan dalam pidato singkatnya. “Sudah menjadi rencana kami untuk tidak menyebabkan kerusakan dan tidak menyebabkan korban jiwa. Kami hanya ingin menunjukkan kemampuan kami."

India membantah cerita konfrontasi versi Pakistan. Menteri Luar Negeri India Vijay Gokhale mengatakan bahwa Pakistan memicu bentrokan ketika Angkatan Udaranya menyerang instalasi militer India.

Dia mengatakan serangan itu digagalkan dan sebuah pesawat militer Pakistan ditembak jatuh di wilayahnya sendiri. Gokhale mengatakan India kehilangan satu pesawat tempur dan mengakui pilotnya hilang dalam insiden tersebut.

"Pakistan telah mengklaim bahwa dia (pilot) berada dalam tahanan mereka," kata Gokhale pada konferensi pers. "Kami memastikan fakta."

Dalam sebuah laporan terpisah, analis pertahanan India, Ajai Shukla, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dua jet angkatan udara India ditembak jatuh oleh tembakan darat setelah keduanya dipikat untuk menuju ke arah pertahanan udara oleh pesawat-pesawat Pakistan yang pulang dari operasi pengeboman.

Kementerian luar negeri India merilis pernyataan setelah pidato Khan yang menggambarkan serangan Pakistan pada hari Rabu sebagai "tindakan agresi tanpa alasan". Kementerian juga keberatan dengan rilis gambar pilotnya disebarluaskan.

"India memiliki hak untuk mengambil tindakan tegas untuk melindungi keamanan nasional, kedaulatan, dan integritas teritorialnya terhadap tindakan agresi atau terorisme lintas batas," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. 




Credit  sindonews.com