Singapura (CB) - Hubungan Singapura dengan negara tetangga,
Malaysia dapat "menurun" akibat serangkaian sengketa udara dan
kelautan, kata Menteri Luar Negeri negara kota yang makmur itu, Senin.
Menlu Singapura menambahkan bahwa dia berharap kedua negara akan dapat menyelesaikannya dengan damai.
Perselisihan ini merupakan perkembangan terbaru atas perseteruan berkepanjangan di Selat Singapura, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Vivian Balakrishnan mengeluarkan pernyataan setelah Singapura menyampaikan protes kepada Malaysia pada Minggu (13/1) atas keberadaan seorang menteri negara di sebuah kapal Malaysia, yang dikatakan Singapura memasuki perairannya secara ilegal. Singapura kemudian membatalkan pertemuan tentang kerja sama komersial.
Tindakan Malaysia akhir-akhir ini mengganggu "status quo" yang telah berlangsung bertahun-tahun, kata Balakrishnan, yang pekan lalu mengadakan pertemuan dengan timpalannya dari Malaysia, Saifuddin Abdullah. Dalam pertemuan itu, mereka bersepakat mengenai langkah-langkah untuk melunakkan ketegangan.
"Aksi ini tidak memberi pertanda baik untuk hubungan bilateral kita," kata Balakrishnan kepada parlemen.
"Singapura masih berusaha untuk menemukan penyelesaian damai melalui dialog," katanya. Ia menambahkan bahwa, apabila perundingan gagal mencapai penyelesaian yang dapat diterima, Singapura akan mencari penyelesaian internasional untuk menyelesaikan pertikaian itu.
Pada Desember, Singapura menolak langkah Malaysia yang menambah perluasan batas pelabuhan di bagian selatan, negara bagian Johor, dengan mengatakan bahwa perbatasan baru itu merambah perairannya. Malaysia menyebut pernyataan Singapura itu tidak akurat.
Sebelumnya, Malaysia mengatakan kepada Singapura untuk mengambil kembali kendalinya atas wilayah udara di sebagian wilayah Johor yang dikelola Singapura sejak 1974, menyusul prawacana sistem pendaratan baru di Bandara Seletar, Singapura.
Sistem pendaratan itu mengharuskan pesawat untuk terbang ke bandara kecil Singapura untuk melintasi wilayah udara Malaysia. Malaysia keberatan dengan pengaturan tersebut.
Singapura dulunya adalah bagian dari Malaysia tetapi keduanya berpisah dengan sengit pada 1965 dan memperkeruh hubungan diplomatik dan ekonomi selama bertahun-tahun.
Menlu Singapura menambahkan bahwa dia berharap kedua negara akan dapat menyelesaikannya dengan damai.
Perselisihan ini merupakan perkembangan terbaru atas perseteruan berkepanjangan di Selat Singapura, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Vivian Balakrishnan mengeluarkan pernyataan setelah Singapura menyampaikan protes kepada Malaysia pada Minggu (13/1) atas keberadaan seorang menteri negara di sebuah kapal Malaysia, yang dikatakan Singapura memasuki perairannya secara ilegal. Singapura kemudian membatalkan pertemuan tentang kerja sama komersial.
Tindakan Malaysia akhir-akhir ini mengganggu "status quo" yang telah berlangsung bertahun-tahun, kata Balakrishnan, yang pekan lalu mengadakan pertemuan dengan timpalannya dari Malaysia, Saifuddin Abdullah. Dalam pertemuan itu, mereka bersepakat mengenai langkah-langkah untuk melunakkan ketegangan.
"Aksi ini tidak memberi pertanda baik untuk hubungan bilateral kita," kata Balakrishnan kepada parlemen.
"Singapura masih berusaha untuk menemukan penyelesaian damai melalui dialog," katanya. Ia menambahkan bahwa, apabila perundingan gagal mencapai penyelesaian yang dapat diterima, Singapura akan mencari penyelesaian internasional untuk menyelesaikan pertikaian itu.
Pada Desember, Singapura menolak langkah Malaysia yang menambah perluasan batas pelabuhan di bagian selatan, negara bagian Johor, dengan mengatakan bahwa perbatasan baru itu merambah perairannya. Malaysia menyebut pernyataan Singapura itu tidak akurat.
Sebelumnya, Malaysia mengatakan kepada Singapura untuk mengambil kembali kendalinya atas wilayah udara di sebagian wilayah Johor yang dikelola Singapura sejak 1974, menyusul prawacana sistem pendaratan baru di Bandara Seletar, Singapura.
Sistem pendaratan itu mengharuskan pesawat untuk terbang ke bandara kecil Singapura untuk melintasi wilayah udara Malaysia. Malaysia keberatan dengan pengaturan tersebut.
Singapura dulunya adalah bagian dari Malaysia tetapi keduanya berpisah dengan sengit pada 1965 dan memperkeruh hubungan diplomatik dan ekonomi selama bertahun-tahun.
Credit antaranews.com