Presiden Rusia, Vladimir Putin, siap membantu Filipina memerangi terorisme setelah serangan bom ganda di sebuah gereja menewaskan 20 orang pada Minggu (27/1). (Mikhail Metzel/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)
Jakarta, CB -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan siap membantu Filipina dalam memerangi terorisme setelah serangan bom ganda di sebuah gereja menewaskan 20 orang pada Minggu (27/1).
"Saya berharap dalang dan pelaku kejahatan ini akan mendapat hukuman setimpal. Saya ingin menegaskan kembali kesiapan kami untuk lebih meningkatkan interaksi dengan mitra Filipina dalam memerangi ancaman teroris dalam semua bentuk dan manifestasinya," kata Putin, Senin (28/1).
Dalam pesan yang diunggah melalui situs kantor pemimpin Rusia tersebut, Putin juga mengatakan bahwa ia sudah menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, terkait insiden tersebut.
Di bawah pemerintahan Duterte, Filipina mulai menjauh dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, dan mendekatkan diri ke Rusia dan China.
Rusia dan Filipina bahkan sudah membicarakan sejumlah kemungkinan jual beli senjata. Namun, Putin tak menjabarkan lebih lanjut bantuan yang dimaksud dalam pernyataannya.
Selain Putin, sejumlah pemimpin lain juga mengucapkan belasungkawa, mulai dari Paus Fransiskus hingga Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.
Dalam sebuah kicauan di akun Twitter resminya, Trudeau menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pengecut yang tercela.
Indonesia juga menyampaikan belasungkawa atas insiden tersebut dan berharap korban terluka segera pulih.
Insiden tersebut terjadi di sebuah katedral di Jolo, Mindanao, pada Minggu (27/1) pagi, tepat saat misa pertama dilaksanakan. Bom susulan meledak sesaat setelah para tentara merespons ledakan pertama.
Kelompok militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang disebut-sebut paling mematikan di Jolo dalam beberapa tahun terakhir itu. Pulau ini sendiri merupakan basis kelompok Islam garis keras Abu Sayyaf.
Sebelumnya, militer Filipina mengatakan wilayah Mindanao merupakan basis militan Islam dan menyebut aksi pengeboman kali ini sebagai aksi terorisme.
"Motifnya sudah pasti terorisme. Mereka adalah orang yang tidak menginginkan perdamaian. Yang menyedihkan, peristiwa ini terjadi tepat setelah undang-undang Bangsamoro sudah diratifikasi," ujar Letkol Gerry Besana seperti dilaporkan AFP.
Duterte sendiri dilaporkan sangat geram karena serangan ini terjadi tak lama setelah pengesahan undang-undang untuk memperluas otonomi di daerah mayoritas Muslim di Mindanao.
Undang-undang tersebut merupakan hasil dari kesepakatan damai antara pemerintah dan salah satu kelompok pemberontak Islam terbesar, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Daerah otonomi itu mencakup sebagian besar wilayah Mindanao, termasuk Sulu, lokasi gereja target pemboman itu berada.
Namun, Sulu menolak undang-undang yang memberikan otonomi lebih luas tersebut, meski mereka masih menjadi bagian daerah tersebut setidaknya hingga 2022 mendatang.
Credit CNN Indonesia
https://m.cnnindonesia.com/internasional/20190128181630-134-364524/putin-siap-bantu-filipina-perangi-teror-usai-bom-gereja