Selasa, 29 Januari 2019

Howard Schultz, Milioner Yahudi Pengkritik Trump dan Anti-Rasial


Mantan CEO Starbucks Howard Schultz {CNN}
Mantan CEO Starbucks Howard Schultz {CNN}

CB, Jakarta - Howard Schultz, mantan CEO Starbucks menyatakan dirinya maju dalam pilpres AS tahun 2020 dengan memilih jalur non-partai atau independen. Dia menyebut dirinya Demokrat sejati namun menurutnya, rakyat Amerika sudah dikecewakan dengan partai politik selama ini.
Siapa Howard Schultz yang memilih pensiun dari Starbucks dan masuk dunia politik dengan maju sebagai kandidat presiden dalam pilpres AS pada 2020?

Schultz lahir dari keluarga miskin Yahudi di Brooklyn 65 tahun lalu. Ia tumbuh dan besar bersama keluarganya. Pada usia 3 tahun, Schultz dan keluarganya tinggal di perumahan pemerintah di Canarsie.

Ayahnya, Fred Shultz putus sekolah saat duduk di bangku SMA dan mantan prajurit angkatan darat AS. Untuk menghidupi keluarga ia bekerja sebagai pengemudi truk.
Ayahnya sebagai buruh kasar memiliki tiga anak tidak mampu membelikan rumah untuk tempat tinggal mereka.
Meski hidup miskin, Schultz tetap mengikuti pendidikan. Ia menjadi satu-satunya anak dalam keluarga Schultz yang mencicipi perguruan tinggi di Universitas Northern Michigan dengan beasiswa bermain sepak bola. Sejak kecil dia sudah menjadi atlet bola keranjang dan sepak bola yang dibentuk oleh alam.
Setelah lulus kuliah, Schultz bekerja sebagai salesman di perusahaan Xerox dan karirnya menanjak cepat. Ia dipromosikan sebagai sales representive. Pada tahun 1979, ia memilih bekerja sebagai general manager di perusahaan kopi di Swedia.
Karirnya di Starbucks dimulai pada tahun 1981. Ia diperkenalkan dengan perusahaan Starbucks Coffee saat memonitor pesanan mereka.
Setelah ia memuji pengetahuan mereka tentang kopi, Schultz jatuh hati pada perusahaan ini dan memutuskan bergabung dengan Starbucks sebagai direktur marketing.
Mencapai puncak sebagai CEO Starbucks. Saat awal bekerja 1980-an, ia ikut memajukan Starbucks yang awalnya memiliki sekitar 11 cabang, kini lebih dari 28 ribu cabang di berbagai belahan dunia, mengutiip Forbes.
Pada Juni 2018, Schultz mundur sebagai SEO dan anggota dewan Starbucks. I kini menjadi ketua emeritus Starbucks.
Bersama istrinya, Sheri, Shultz yang nilai kekayaannya mencapai US$ 3,4 miliar pada Oktober 2018, mendirikan yayasan yang diberi nama Schultz Family Foundation untuk melatih dan merekrut veteran dan anak-anak muda.

Menurut laporan Independen, Schultz merupakan figur pengusaha yang kritis dan vokal terhadap Donald Trump dan partai Republik. Ia menghiasi halaman depan media
dengan kritik-kritik tajamnya.Dua hari setelah Trump mengumumkan pengungsi dari sejumlah negara Muslim dilarang masuk AS, Schultz mengumumkan perusahaannya yang berada di Seattle akan merekrut 10 ribu pengungsi untuk menjadi karyawannya.
Dalam konferensi bisnis pada November 2017, Schultz melontarkan kritik ke Republik mengenai rencana pajak sebelum Kongres mengesahkannya pada Desember 2017.
Starbucks menjadi berita utama media di AS pada April 2018 saat polisi menangkap dua pria kulit hitam yang menunggu di dalam Starbucks di Philadelphia. Insiden ini terekam dalam video dan menimbulkan amarah dan menuntut boikot.

Schultz menyatakan memalukan mengenai penangkapan dua pria kulit hitam itu. Ia mengatakan, peristiwa ini sebagai bukti bahwa bias rasial masih umum terjadi dan banyak warga Amerika belum siap untuk membahasnya.
Schultz dan CEO Kevin Johnson kemudian membuat gebrakan yang belum pernah terjadi dengan mengumumkan Starbucks menutup 8 ribu tokonya di AS setiap sore. Karena saat itu Starbucks bekerja sama dengan NAACP dan organisasi lainnya mengadakan pelatihan mengenai bias rasial.

"Bias rasial eksis. Bias Ketidaksadaran eksis," kata Shultz kepada CCN.Schultz juga dikenal murah hati kepada kandidat Demokrat yang maju dalam pilpres. Seperti kepada Hillary Clinton, ia mendonasikan US$ 10.800 untuk pengumpulan dana pilpres 2016. Begitu juga kpada senator Demokrat Maria Cantwell di Washington mendapat dukungan dana dari Schultz sebesar US$1,250.
Kemurahan hatinya juga mengalir kepada kelompok-kelompok non-partisan.
Apa yang diharapkannya dengan ikut maju dalam pilpres AS 2020? Mantan bos Starbucks ini menyatakan dirinya ingin menyaksikan rakyat AS menang tak peduli apakah partainya. Ia akan merangkul semua ide karena dia sebagai kandidat presiden AS dari jalur independen .




Credit  tempo.co