Selasa, 29 Januari 2019

Abu Sayyaf Diduga Jadi Otak Pengeboman Gereja Filipina


Abu Sayyaf Diduga Jadi Otak Pengeboman Gereja Filipina
Serangan di gereja Katolik di Jolo, MIndanao pada Minggu (27/1) menewaskan 21 orang. (AFP/Nickee Butlangan)




Jakarta, CB -- Pihak berwenang Filipina menyatakan kelompok Islam radikal yang terkait dengan Abu Sayyaf merupakan tersangka utama pengeboman di Gereja Katolik di Jolo yang menewaskan 21 orang pada Minggu (27/1).

Faksi Ajang-Ajang disebut bertanggung jawab atas serangan terburuk dalam beberapa tahun terakhir di Filipina tersebut, dengan motif balas dendam.

"Tahun lalu pemimpin mereka tewas. Ada laporan yang konsisten menyebut bahwa mereka akan membalas," kata Gerry Besana, juru bicara militer Filipina seperti dikutip AFP, Senin (28/1). 




Menurut militer, kelompok itu terkait dengan Abu Sayyaf, militan yang kerap melakukan aksi penculikan demi tebusan dan berbasis di Jolo, Mindanao, Filipina Selatan.

"Ya, kami melihat mereka di CCTV. Ada saudara seorang pemimpin [mereka] yang tewas," kata Besana merujuk pada CCTV di luar gereja. "Ia terlihat bersama dua anggota Ajang-Ajang."

Abu Sayyaf juga bertanggung jawab atas serangan terburuk di Filipina pada 2004, ketika mereka meledakkan kapal feri di Manila Bay yang menewaskan 116 orang.

Belum tentu terkait dengan ISIS

Sebelumnya, Kelompok Negara Islam atau ISIS mengklaim berada di balik serangan di gereja tersebut.

Meski begitu, Rommel Banlaoi dari Institut Filipina untuk Perdamaian berpendapat bahwa meski Abu Sayyaf telah berbaiat kepada ISIS, anggota Ajang-Ajang yang beragam belum tentu melakukan hal serupa.



"Tidak semua anggota Ajang-Ajang pro-ISIS, namun semuanya anggota Abu Sayyaf," ujarnya. "[Ajang-Ajang] tidak berafiliasi dengan ISIS."

Sementara itu, grup pemantau kelompok jihadis SITE Intelligence Group menyebut bahwa ISIS mengklaim dua pengebom bunuh diri meledakkan bom rompi. Padahal, laporan militer menyebut bom kedua yang meledak di gereja diletakkan di sebuah motor di area parkir.

Polisi menduga bom itu diledakkan dengan remot kontrol.

Pihak berwenang Filipina juga tidak menyebut soal keterlibatan ISIS.




Credit  cnnindonesia.com