CB, Putrajaya – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan kekayaan negara harus terdistribusi secara adil bagi semua ras di negara jiran itu.
Mahathir juga mengatakan perlu kerja ekstra untuk meningkatkan persatuan ras di Malaysia. Menurut dia, Malaysia tidak bisa mengklaim negara itu sukses jika ada sebagian ras yang tertinggal di belakang.
“Tidak ada gunanya menjadi negara kaya jika kekayaan itu tidak terbagi atau diberikan hanya kepada sekelompok orang saja,” kata Mahathir dalam pernyataan bulanan yang dilakukan kantor Departemen Perdana Menteri pada Senin, 14 Januari 2019 seperti dilansir Channel News Asia.
Mahathir melanjutkan,”Kita harus berbagi apa yang kita punyai bersama karena kita tidak ingin terlihat sebagai bangsa kaya tapi gagal mengurus kelompok minoritas.”
Menurut
Mahathir,”Itu sebabnya kita harus menangani kemiskinan sosial di semua
ras.” Dia menambahkan sudah menjadi kewajiban semua untuk berbagi
kekayaan secara adil atau setidaknya pada level yang bisa diterima oleh
semua komunitas di negara ini.
Etnis Melayu dan kelompok bumiputera saat ini mencapai 70 persen dari total populasi di Malaysia. Etnis Cina sekitar 23 persen, dan India 7 persen.
Malaysia memiliki konstitusi yang mengatur bahwa kelompok masyarakat bumiputera mendapat kemudahan lebih seperti biaya perumahan yang lebih murah, kuota beasiswa untuk berkuliah, mendapatkan kontrak pemerintahan dan saham dari perusahaan tercatat di bursa.
Aturan konstitusi ini diinisiasi oleh Partai United Malays National Organization pada 1971 pasca kerusuhan ras 1969. Kerusuhan ras itu menewaskan ratusan warga dari berbagai etnis.
Partai UMNO, seperti dilansir Malaysia Kini, mengalami kekalahan pemilu pertama pada Mei 2018. Koalisi Barisan Nasional, yang dimotori UMNO, kalah oleh Pakatan Harapan, yang terdiri dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia, Partai Keadilan Rakyat, dan dua partai lainnya.
Mahathir melanjutkan bangsa Malaysia mewarisi negara dengan multi-etnis. “Kita temukan hari ini, ras-ras ini belum bersatu seperti yang diharapkan.”
Menurut
Mahathir, saat merdeka dari Inggris, para pendiri bangsa berharap
Malaysia bakal menjadi negara dengan satu bahasa, mempraktekkan satu
budaya dan hidup harmoni.
“Tapi, karena beberapa ras ingin mempertahankan hubungan dengan negara asalnya kita menerima fakta bahwa negara kita takkan menjadi negara dimana semua berasal dari satu ras,” kata dia seperti dilansir Malay Mail.
Menurut Mahathir, negaranya belajar banyak dari kerusuhan etnis 1969. “Kerusuhan tidak menguntungkan siapapun. Ini sejarah kita. Kita menyadari betapa pentingnya bagi semua ras utnuk saling bekerja sama,” kata dia.
Mahathir menambahkan,”Selama kita mengingat, sejarah kita dan perjuangan yang dilewati negara, maka negara kita akan terus menjadi damai.”
Mahathir juga mengatakan perlu kerja ekstra untuk meningkatkan persatuan ras di Malaysia. Menurut dia, Malaysia tidak bisa mengklaim negara itu sukses jika ada sebagian ras yang tertinggal di belakang.
“Tidak ada gunanya menjadi negara kaya jika kekayaan itu tidak terbagi atau diberikan hanya kepada sekelompok orang saja,” kata Mahathir dalam pernyataan bulanan yang dilakukan kantor Departemen Perdana Menteri pada Senin, 14 Januari 2019 seperti dilansir Channel News Asia.
Mahathir melanjutkan,”Kita harus berbagi apa yang kita punyai bersama karena kita tidak ingin terlihat sebagai bangsa kaya tapi gagal mengurus kelompok minoritas.”
Etnis Melayu dan kelompok bumiputera saat ini mencapai 70 persen dari total populasi di Malaysia. Etnis Cina sekitar 23 persen, dan India 7 persen.
Malaysia memiliki konstitusi yang mengatur bahwa kelompok masyarakat bumiputera mendapat kemudahan lebih seperti biaya perumahan yang lebih murah, kuota beasiswa untuk berkuliah, mendapatkan kontrak pemerintahan dan saham dari perusahaan tercatat di bursa.
Partai UMNO, seperti dilansir Malaysia Kini, mengalami kekalahan pemilu pertama pada Mei 2018. Koalisi Barisan Nasional, yang dimotori UMNO, kalah oleh Pakatan Harapan, yang terdiri dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia, Partai Keadilan Rakyat, dan dua partai lainnya.
Mahathir melanjutkan bangsa Malaysia mewarisi negara dengan multi-etnis. “Kita temukan hari ini, ras-ras ini belum bersatu seperti yang diharapkan.”
“Tapi, karena beberapa ras ingin mempertahankan hubungan dengan negara asalnya kita menerima fakta bahwa negara kita takkan menjadi negara dimana semua berasal dari satu ras,” kata dia seperti dilansir Malay Mail.
Menurut Mahathir, negaranya belajar banyak dari kerusuhan etnis 1969. “Kerusuhan tidak menguntungkan siapapun. Ini sejarah kita. Kita menyadari betapa pentingnya bagi semua ras utnuk saling bekerja sama,” kata dia.
Mahathir menambahkan,”Selama kita mengingat, sejarah kita dan perjuangan yang dilewati negara, maka negara kita akan terus menjadi damai.”
Credit tempo.co