Maduro mengaku siap berdialog dan melakukan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump
CB, JAKARTA
-- Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menolak ultimatum internasional
yang mendesaknya menyelenggarakan ulang pemilihan presiden dalam waktu
delapan hari. Maduro juga menyebut pemimpin oposisi Juan Guaido telah
melakukan kekerasan terhadap konstitusi negara karena mendeklarasikan
diri sebagai pemimpin.
Maduro, dalam sebuah wawancara, dikutip dari
Reuters,
mengaku terbuka untuk berdialog dan melakukan pertemuan dengan presiden
AS, Donald Trump. Washington yang telah mengenal Guaido sebagai
pemimpin juga telah memutuskan hubungan dari pemerintahan Maduro.
Venezuela telah tenggelam dalam kekacauan yang disebabkan oleh
warga. Masyarakat menggelar berbagai unjuk rasa, mulai dari menyuarakan
krisis politik, ekonomi hingga pangan. Selain itu, ada pula perpindahan
masyarakat secara besar-besaran.
Inggris, Jerman,
Prancis dan Spanyol, semuanya mengatakan akan mendukung Guaido jika
Maduro gagal dalam pemilihan ulang. Sementara itu, Washington, Kanada
dan beberapa negara Eropa lainnya menyebut kemenangan Maduro pada
pemilihan kedua itu sebagai sebuah kecurangan.
Untuk
mempertahankan posisinya sebagai presiden, Maduro menyewa pengawalan
ketat dari tentara khusus. Meski mendapat pertentangan dari negara lain,
presiden Turki Tayyip Recep Erdogan menyampaikan dukungannya kepada
Maduro lewat panggilan telepon.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) mendesak negara-negara dunia untuk memutuskan hubungan keuangan dengan pemerintahan Nicholas Maduro. Washington telah memutuskan mendukung presiden sementara Venezuela dari oposisi, Juan Guaido.
"Sekarang
saatnya bagi setiap negara lain untuk memilih satu pihak, antara Anda
berdiri dengan kekuatan kebebasan atau Anda bersekutu dengan Maduro dan
kekacauannya," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah
pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada Sabtu (26/1).
Menurut
Pompeo, eksperimen sosialis pemerintahan Maduro telah menyebabkan
perekonomian Venezuela ambruk. Hal itu pula yang akhirnya membuat rakyat
Venezuela kelaparan.