Ketua partai oposisi Venezuela mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara.
CB,
CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengawasi pertunjukan
kekuatan peralatan dan militer Rusia yang dimiliki pasukan Venezuela. Ia
memamerkan kekuatan rudal antipesawat dan tank yang ia miliki
menghancurkan lereng bukit.
"Tidak ada orang yang menghargai orang lemah, pengecut dan
pengkhianat. Di dunia ini yang dihargai adalah yang berani, punya nyali,
kuat," kata Maduro, Senin (28/1).
Maduro menghadapi
tantangan yang belum pernah ia hadapi setelah ketua partai oposisi Juan
Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Guaido
mendapat dukungan internasional dan menawarkan amnesti kepada tentara
yang bergabung dengannya. Israel menjadi negara terbaru yang mendukung
Guaido.
Didampingi Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir
Padrino, Maduro melihat satu pleton tentara menembak sebuah lereng bukit
dengan peluncur granat, senapan mesin antipesawat dan tank.
Persenjataan Rusia menghamburkan debu di Fort of Paramacay, pangkalan
militer kendaraan lapis baja Venezuela.
Maduro mengatakan
pertunjukan kekuatan militer ini untuk memperlihatkan kepada dunia ia
masih didukung militer. Pertunjukan ini juga memperlihatkan tentara
nasional Venezuela siap untuk membela negara mereka. Maduro mengatakan
Guaido mengambil bagian dari upaya kudeta yang dilancarkan penasihat
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pertunjukan
kekuatan militer ini diiringi peluncuran slogan kampanye pemerintah
Venezuela 'Selalu Setia, Tidak Pernah Berkhianat'. Sebelumnya diplomat
militer Venezuela di AS membelot dari Maduro dan mendukung Guaido
sebagai presiden sementara.
Pangkalan militer Fort of
Paramacay yang berjarak sekitar dua jam dari Caracas, pernah menjadi
saksi bisu upaya kudeta pada 2017. Ketika itu, sekitar 20 orang tentara
dan warga sipil bersenjata menyerang pangkalan tersebut. Pemimpin
serangan itu mengatakan mereka menuntut pergantian pemerintahan.
Dalam
perdebatan di Dewan Keamanan PBB, dengan sangat keras Rusia dan Cina
mendukung Maduro. Mereka menolak permintaan AS, Kanada dan negara-negara
Amerika Latin serta Eropa yang meminta adanya pemilihan ulang di
Venezuela.
Rusia dan Cina adalah pemberi pinjaman terbesar
pada Venezuela. Sejak negara anggota OPEC itu dipimpin Hugo Chavez,
Venezuela banyak membeli peralatan militer Rusia, termasuk pesawat jet
Sukhoi dan persenjataan berat lainnya.
Persekutuan
strategis ini terbukti ketika dua pesawat bomber berkekuatan nuklir
Rusia mendarat di Venezuela tahun lalu. Kantor berita
Reuters
melaporkan perusahaan militer swasta yang melakukan misi khusus untuk
Rusia sudah tiba di Venezuela untuk meningkatkan keamanan Maduro.
Dalam wawancaranya dengan
CNN
Turki, Maduro menolak ultimatum masyarakat internasional yang meminta
diselenggarakan pemilihan umum ulang dalam delapan hari kedepan. Maduro
mengatakan Guaido telah melanggar konstitusi dengan mendeklarasikan
dirinya sendiri sebagai pemimpin sementara.
Maduro juga
mengatakan ia terbuka melakukan dialog. Ia menambahkan pertemuan dengan
Presiden AS Donald Trump sulit dilakukan tapi bukan berarti tidak
mungkin untuk dilakukan.
Sebelumnya, pemerintah AS mendesak
masyarakat internasional untuk 'memilih' pihak mana yang mereka bela di
Venezuela. AS juga sudah memutus hubungan ekonomi dengan pemerintahan
Maduro.
Venezuela sudah mengalami guncangan dibawah
kepemimpinan Maduro dengan menipisnya pasokan makanan dan terjadinya
banyak unjuk rasa karena krisis ekonomi dan politik. Guncangan
menyebabkan imigrasi besar-besaran dan inflasi yang mencapai 10 juta
persen pada tahun ini.
Inggris,
Jerman, Prancis dan Spanyol menyatakan akan mengakui Guaido sebagai
pemimpin Venezuela jika Maduro gagal menggelar pemilihan umum pada
delapan hari ke depan. Rusia menyebut ultimatum ini sebagai sesuatu yang
absurd.
Menteri Luar Negeri Venezuela juga mengkritik
ultimatum Eropa tersebut dengan menyebutnya 'kekanak-kanakan'. AS,
Kanada dan sebagian besar negara Amerika Latin dan Eropa mengatakan
Maduro menduduki masa jabatan keduanya dengan cara yang curang.
Mantan
sopir bus dan ketua serikat pekerja itu memenangkan pemilihan umum pada
Mei 2018 dengan mengadang kandidat lainnya untuk maju ke pemilihan
umum. Sementara itu, Presiden Turki Tayyep Erdogan sudah memberikan
suaranya kepada Maduro.