Pemboman itu telah memicu kecaman internasional di tengah upaya perdamaian.
CB,
KABUL – Taliban Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas sebuah
serangan bom mobil di dekat kompleks asing yang dijaga ketat di dekat
kompleks Green Village, Kabul Timur, lokasi berapa perusahaan dan badan
amal internasional. Insiden itu menewaskan lima orang, termasuk seorang
warga negara India. Sementara itu lebih dari 110 orang terluka.
Pemboman
itu telah memicu kecaman internasional ketika upaya untuk mencapai
kesepakatan damai dengan gerilyawan Taliban itu dalam mengakhiri perang
lebih dari 17 tahun.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, para
militan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ia juga mengklaim
puluhan petugas keamanan asing dan Afghanistan meninggal dan terluka.
"Lima
penyerang, termasuk pembom bunuh diri yang mengendarai kendaraan
bermuatan bahan peledak, terlibat," kata Mujahid dalam sebuah
pernyataan.
Taliban sering menggelembungkan jumlah korban dalam serangan terhadap pemerintah atau target asing.
Empat
orang meninggal yang diumumkan pemerintah, semuanya merupakan petugas
keamanan. "Banyak dinding ledakan runtuh dan kompleks telah rusak," kata
seorang pejabat senior Kementerian Dalam Negeri.
Kementerian Luar Negeri India mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa seorang warga negara India juga telah terbunuh.
"India
menyerukan para pelaku serangan keji ini dan mereka yang menyediakan
tempat berlindung untuk dibawa ke pengadilan secepatnya," kata
Kementerian Luar Negeri India.
Kementerian Luar
Negeri Jerman pun menyebutkan melalui tweet bahwa polisi Jerman juga
sedikit terluka dalam ledakan itu. Namun, kementerian tidak memberikan
keterangan lebih rinci.
Serangan itu terjadi ketika
utusan perdamaian khusus Amerika Serikat untuk Afghanistan Zalmay
Khalilzad, mengunjungi kawasan tersebut untuk pertemuan-pertemuan yang
bertujuan mengamankan perdamaian.
Pertempuran belum
surut bahkan ketika pembicaraan mengenai perdamaian meningkat. Taliban
dan kelompok gerilyawan lainnya melakukan serangan hampir setiap hari,
dengan target utama pasukan keamanan dan pejabat pemerintah. Namun,
warga sipil hampir selalu menanggung beban kekerasan.
"Taliban
harus berhenti terus menggunakan kekerasan terhadap rakyat mereka
sendiri dan hadir dalam meja perundingan," kata Wakil Senior Warga Sipil
NATO, Patrick Andrews.
Sumber-sumber Taliban pada
hari Selasa (15/1) mengatakan, kekuatan-kekuatan regional telah
menciptakan aliansi mereka sendiri untuk mengikuti pembicaraan damai.
Di satu sisi, kata mereka, adalah Pakistan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dan di sisi lain, Iran, Rusia dan Qatar.
"Iran
dan Qatar mendukung cara Taliban tetapi Pakistan dan Arab Saudi
mengatakan apa yang diinginkan pemerintah Afghanistan dan AS," kata
seorang pejabat Taliban yang tidak bersedia menyebutkan namanya.
Taliban,
yang berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Islam keras setelah mereka
digulingkan pada 2001 di tangan pasukan pimpinan AS, telah
mengesampingkan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan dan menepisnya
sebagai boneka Amerika Serikat.
Qatar, rumah bagi
markas politik Taliban, juga menuai kriitk dunia internasional. Negara
ini akan menjadi lokasi perundingan AS-Taliban pada putaran keempat.
Arab
Saudi dan Uni Emirat Arab akan memboikot pembicaraan jika diadakan di
Qatar. Kedua negara itu memutus hubungan dengan Qatar pada 2017 dan
menuduhnya mendanai militan dan memiliki hubungan dekat dengan Iran.