Jumat, 07 Desember 2018

Rusia Sebut Kapal Perangnya Ikuti Kapal Penghancur Amerika


Juru bicara kementerian pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, memaparkan rincian data radar selama insiden penambakan pesawat Il-20. [Kementerian Pertahan Rusia via Sputniknews]
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, memaparkan rincian data radar selama insiden penambakan pesawat Il-20. [Kementerian Pertahan Rusia via Sputniknews]

CBMoskow – Kapal penghancur Angkatan Laut Amerika Serikat, USS McCampbell tidak mendekati batas wilayah laut Rusia kurang dari 100 kilometer.

Penegasan ini disampaikan juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, menanggapi adanya kapal perang AS yang berlayar dan terlihat dari Teluk Peter Agung atau Peter the Great Bay.
Kapal USS Campbell bergerak dalam pengawasan kapal perang anti-submarin Admiral Tributs milik Rusia.
“Selama melintas di laut internasional, kapal penghancur AS berada dalam pengawasan kapal Admiral Tributs, yang berada dalam jarak dekat, dan juga pesawat dari Armada Pasifik,” kata Konashenkov seperti dilansir Sputnik News pada Kamis, 6 Desember 2018.

Menurut dia, Armada Pasifik Rusia melakukan langkah untuk mengontrol tindakan dari kapal perang AS dan kapal perang lain di sekitarnya. Menurut dia, kapal perang AS USS Campbell mencoba menjauh dengan kecepatan maksimum dari pasukan Armada Pasifik, yang mengawalnya.
“Saat itu, kru kapal penghancur USS McCampbell mendemonstrasikan keberaniannya pada jarak lebih dari 400 kilometer dari kawasan laut Rusia di tengah Laut Jepang,” kata Konashenkov.

Kapal penghancur AS, USS Jason Dunham, di Laut Hitam. Sputnik News
Pernyataan dari Rusia ini muncul menanggapi pernyataan dari juru bicara Angkatan Laut AS, Letnan Rachel McMarr, yang merupakan juru bicara Armada Pasifik AS.

“Ini untuk menantang klaim laut berlebihan Rusia dan menegakkan hak-hak, kebebasan dan hukum untuk menggunakan kawasan Laut Jepang oleh AS dan negara lain,” kata Letnan Rachel McMarr.
AL AS menyebut tindakan ini sebagai “Operasi Kebebasan Navigasi”. Terakhir kali operasi sejenis digelar di kawasan ini pada 1987, yang merupakan puncak Perang Dingin antara Barat dan bekas Uni Sovyet.

 
McMarr mengatakan operasi ini untuk menunjukkan AS akan terbang, berlayar dan beroperasi di manapun hukum internasional mengizinkan. “Ini berlaku di Laut Jepang dan tempat lainnya di Bumi.”
Teluk Peter Agung ini menggunakan nama dari bekas kaisar pertama Rusia. Rusia membangun pangkalan Armada Pasifik di kawasan ini. Kehadiran kapal perang Amerika di kawasan ini, menurut Russia Today, sama persis jika kapal perang Rusia berlayar di lepas pantai San Diego, California, atau Pearl Harbour, Hawaii.





Credit  tempo.co