Jumat, 28 Desember 2018

Eks Kepala Staf Militer Israel Tantang Netanyahu di Pemilu


Eks Kepala Staf Militer Israel Tantang Netanyahu di Pemilu
Eks Kepala Staf Militer Israel Tantang Netanyahu di Pemilu (Reuters/Nir Elias/File Photo)


Jakarta, CB -- Mantan kepala staf militer Israel, Benny Gantz, menjadi salah satu penantang terkuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemilihan umum yang akan digelar 2019 mendatang.

Sebagai kendaraan, Gantz membentuk Partai Ketangguhan Israel yang baru saja didaftarkan pada Kamis (27/12).

Dalam surat pendaftaran yang dilihat Reuters, partai itu menyebut Israel sebagai "negara Yahudi yang demokratis."



Partai tersebut juga menjanjikan perubahan prioritas keamanan dan ekonomi nasional, tapi tak ada penjelasan lebih lanjut.


Baru saja mendaftar, nama Gantz sudah disebut-sebut bakal jadi penantang terkuat bagi Netanyahu.

Sejumlah jajak pendapat masih memprediksi Netanyahu akan memenangkan pemilu pada 9 Paril mendatang tersebut dengan partainya, Likud, yang diperkirakan bakal mengamankan sekitar 30 dari 120 kursi parlemen.



Namun, nama Gantz langsung melesat hingga menempati posisi kedua dengan perolehan sekitar 15 kursi parlemen.

Survei ini sendiri digelar beberapa bulan sebelum pemilu sehingga hasilnya masih dapat terus berubah.

Netanyahu sendiri kini sedang terseret serentetan kasus korupsi. Meski ia terus mengaku tak bersalah, kepolisian sudah merekomendasikan dakwaan atas Netanyahu.

Meski demikian, belum diketahui kapan jaksa agung akan menjatuhkan dakwaan atau tidak. Jika ya, belum diketahui pula waktu pasti penjatuhan dakwaan tersebut, sebelum atau sesudah pemilu.



Bagaimana pun, Gantz tetap dianggap sebagai penantang terkuat bagi Netanyahu dengan pengalaman militernya yang panjang.

Gantz menduduki posisi puncak dalam militer pada 2011, setelah ia melepas tugas sebagai komandan pasukan garda depan di perbatasan dengan Suriah dan Libanon, juga atase pertahanan di Washington.

Selama empat tahun menjabat sebagai kepala staf militer, ia bertanggung jawab atas dua perang di Jalur Gaza.



Credit  cnnindonesia.com