Kamis, 27 Desember 2018

Bekas Komandan NATO Tuding Erdogan Peras Trump


Bekas Komandan NATO Tuding Erdogan Peras Trump
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Langkah Presiden Donald Trump menarik pasukan Amerika Serikat (AS) dari Suriah memicu spekulasi apakah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeras rekannya itu dalam keputusan tersebut. Hal itu diungkapkan mantan komandan NATO, Wesley Clark.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Clark secara khusus menyoroti kurangnya alasan strategis apa pun untuk keputusan itu. Hal itu, katanya, mendorong orang untuk bertanya mengapa langkah itu dilakukan.

"Orang-orang di seluruh dunia menanyakan hal ini dan beberapa teman dan sekutu kami di Timur Tengah bertanya, apakah Erdogan memeras presiden? Apakah ada imbalan atau sesuatu? Mengapa seorang lelaki membuat keputusan seperti ini? Karena semua rekomendasi menentangnya," tutur Clark seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (26/12/2018).

Ia mengklaim bahwa keputusan Trump mungkin juga menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan luar negeri Washington.

"Apa yang dikatakan hal ini tentang kebijakan luar negeri Amerika Serikat? Bahwa kita tidak dapat diandalkan? Bahwa kita membuat keputusan strategis berdasarkan tidak ada logika strategis? Orang macam apa yang memegang kendali? Itulah masalahnya," catat Clark.

Komentarnya muncul sehari setelah Trump mentweet bahwa Erdogan memberitahunya Turki akan memberantas apa pun yang tersisa dari ISIS di Suriah.

"Dan dia adalah pria yang bisa melakukannya plus, Turki tepat di sebelah. Pasukan kami akan pulang!" tulis Trump.

Pernyataan itu menyusul laporan CNN mengutip beberapa sumber Pentagon yang mengatakan pekan lalu bahwa Menteri Pertahanan James Mattis yang mengundurkan diri akan menandatangani perintah untuk menarik pasukan AS dari Suriah.

Laporan ini bertepatan dengan Mattis menulis surat pengunduran diri, di mana ia menyatakan bahwa Trump memiliki hak untuk memiliki menteri pertahanan yang pandangannya lebih selaras dengan pandangan presiden AS.

Mattis mengumumkan pengunduran dirinya Kamis lalu, sehari setelah Trump memutuskan untuk menarik pasukan AS dari Suriah, memposting di Twitter bahwa Amerika Serikat telah mengalahkan kelompok teroris ISIS di Republik Arab Suriah.

Pada akhir Maret lalu, Trump mengatakan AS akan segera menarik pasukannya dari Suriah, meskipun pemerintah Trump kemudian menjelaskan akan mempertahankan pasukan di Suriah sampai ISIS berhasil dikalahkan.

Koalisi yang dipimpin AS terus melancarkan serangan udara pada posisi ISIS di Suriah, dalam kampanye yang tidak disetujui oleh PBB maupun pemerintah Suriah. 



Credit  sindonews.com