Minggu, 30 Desember 2018

Rudal Hipersonik Baru Rusia Bikin Kecut AS


Rusia berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik Avangard. Foto/Istimewa

BERLIN - Pada tanggal 26 Desember lalu, Kremlin melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah melakukan uji coba peluncuran rudal hipersonik Avangard. Rudal ini diklaim terbang 27 kali lebih cepat daripada kecepatan suara dan dapat membawa senjata nuklir kelas megatron. 

Rudal yang disebut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai Hadiah Tahun Baru bagi bangsa ternyata telah membuat pada pakar militer dan pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Eropa khawatir.

Avangard diluncurkan dari pangkalan rudal di Pegunungan Ural selatan dan berhasil mengenai sasaran latihan di Kamchatka, 6.000 kilometer (3.700 mil) jauhnya.

Media Jerman, Die Welt, dalam laporannya menyatakan Barat telah lama mengetahui jika Rusia telah mengembangkan dan menguji senjata hipersonik. Untuk diketahui, Rusia mengembangkan rudal Avangard mulai dari tahun 2002 ketika AS menarik dari dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik 1972 dan mulai mengembangkan pertahanan melawan misil balistik.

Meskipun rudal ini dihadirkan bersamaan dengan uji sistem rudal SARMAT, torpedo drone super cepat, rudal jelajah dengan pembangkit listrik tenaga nuklir, sistem rudal udara Kinzhal serta laser dan senjata hipersonik sebagai salah satu tambahan terbaru untuk kompleks senjata Rusia pada bulan Maret, Die Welt mengklaim itu sebagai bukti perselisihan kekuatan besar setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan negaranya dari Perjanjian INF 1987 pada bulan Oktober.

Apa yang membuat Avangard unik adalah kemampuan manuvernya ketika rudal ini terus menerus mengubah arah dan ketinggiannya saat terbang melintasi atmosfer, berzig-zag di jalurnya menuju sasaran, membuatnya mustahil untuk memprediksi lokasi senjata, seperti diungkapkan mantan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Ivanov.

Menurut lembaga think tank AS Rand Corporation karakteristik ini memastikan bahwa target rudal hipersonik ini sebenarnya menjadi rahasia.

"Kami tidak memiliki pertahanan yang dapat mencegah penggunaan senjata semacam itu terhadap kami," kata John Hyten, kepala Komando Strategis Amerika Serikat kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS pada akhir Maret lalu.

Menurut Die Welt, seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (30/12/2018), radar AS saat ini belum dapat mendeteksi misil tersebut.

"Anda harus menempuh ribuan mil, bukan ratusan," ujar kepala insinyur Pentagon dan mantan kepala NASA Michael Griffin kepada panel ahli sesaat sebelum peluncuran uji coba, menunjuk pada kelengkungan dunia, membatasi jangkauan radar, mengambil luasnya Samudra Pasifik barat dan kurangnya pulau untuk radar.


"Tidak banyak tempat di mana radar dapat diparkir. Dan jika Anda menemukannya, mereka mungkin akan menjadi sasaran," ulas Griffin.

Menurut Die Welt, AS mungkin harus memasang jaringan sensor pengintaian di ruang angkasa untuk menangani masalah ini. Griffin juga menunjukkan bahwa tidak hanya Rusia, tetapi juga China bekerja secara intensif pada senjata hipersonik, melampaui AS.

"China menguji lebih banyak senjata hipersonik tahun lalu daripada yang kita lakukan dalam satu dekade. Kita harus mengubahnya," cetusnya.

Ditekan dengan perkembangan ini, lembaga penelitian Pentagon, Darpa, menerbitkan seruan mendesak di bawah slogan "Glide Breaker Program" kepada industri pada 6 November untuk memberikan saran bagaimana sistem pertahanan untuk senjata hiper-sonik di lapisan udara atas akan terlihat. Namun, Die Welt menunjukkan bahwa detailnya tetap rahasia.

Credit Sindonews.com


https://international.sindonews.com/read/1366676/41/rudal-hipersonik-baru-rusia-bikin-kecut-as-1546131880