Selasa, 12 Desember 2017

Uni Eropa Tolak Ajakan Netanyahu Akui Yerusalem Jadi Ibu Kota


Uni Eropa Tolak Ajakan Netanyahu Akui Yerusalem Jadi Ibu Kota
PM Benjamin Netanyahu mendapat penolakan dari negara-negara Uni Eropa soal pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Reuters/Dan Balilty)


Jakarta, CB -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berangkat ke Eropa untuk mengajak para sekutunya bergabung dengan Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun, langkah itu mendapatkan penolakan keras dari para menteri Uni Eropa yang memandang kebijakan baru AS menghambat proses perdamaian.

Dalam kunjungan pertamanya ke markas Uni Eropa di Brussels, Netanyahu mengatakan langkah Trump membantu proses perdamaian karena "mengakui kenyataan adalah bagian dari perdamaian, dasar dari perdamaian."

Israel yang mencaplok Yerusalem Timur setelah mendudukinya dalam perang 1967 menganggap seluruh bagian dari kota tersebut sebagai ibu kotanya. Sementara itu, warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya jika mendapatkan kemerdekaan penuh di masa yang akan datang.


Pemerintah Trump mengatakan masih berkomitmen pada proses perdamaian dan keputusannya tidak memengaruhi perbatasan atau status Yerusalem di masa depan. AS juga menyatakan kesepakatan perdamaian kredibel apapun kelak akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan meninggalkan kebijakan lama harus dilakukan untuk mengembalikan proses damai yang mangkrak sejak 2014.

Namun, bahkan para sekutu terdekat Israel di Eropa menolak logika tersebut dan menyatakan pengakuan ibu kota Israel secara sepihak berisiko memicu kekerasan dan merusak kesempatan berdamai.

Setelah jamuan sarapan dengan Netanyahu dan menteri-menteri luar negeri Eropa, Menlu Swedia menyatakan tidak ada satupun perwakilan negara benua biru yang menyuarakan dukungan atas kebijakan Trump dalam pertemuan tertutup itu.

"Saya lihat negara lain tidak akan mau melakukan itu dan saya rasa tidak ada negara Uni Eropa yang akan melakukan itu," kata Menlu Margot Wallstrom kepada wartawan.

Posisi Israel tampak mendapatkan lebih banyak dukungan dari negara-negara Uni Eropa ketimbang lainnya. Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Ceko menyatakan akan mulai mempertimbangkan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem, sementara Hungaria memblokir rencana pernyataan Uni Eropa mengecam langkah AS.

Namun, Praha kemudian menyatakan hanya mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem Barat, dan Budapest menyatakan posisi jangka panjangnya soal solusi dua negara di Timur Tengah masih belum berubah.

Pada Senin, Menlu Ceko Lubomir Zaoralek mengatakan keputusan Trump "tidak akan membantu kita."

"Saya yakin tidak mungkin meredakan ketegangan dengan solusi unilateral," kata Zaoralek. "Kita berbicara soal negara orang Israel tapi di saat yang sama mesti berbicara soal negara orang Palestina."

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, sementara itu, berangkat ke Mesir dan diperkirakan akan berangkat ke Turki untuk bertemu dengan negara-negara Islam pekan ini, mencari dukungan dari para pemimpin yang memandang langkah Amerika sebagai kesalahan fatal.

Abbas bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fatal al-Sisi di Kairo, juga kepala negara-negara Liga Arab. Mesir, sekutu AS yang telah berdamai dengan Israel, sempat memperantarai kesepakatan Israel-Palestina di masa lalu.

Presiden Donald Trump mengumumkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada pekan lalu. Kebijakan baru ini bertentangan dengan pandangan Amerika selama beberapa dekade terakhir dan konsensus internasional bahwa status kota itu mesti diselesaikan melalui pembicaraan Israel-Palestina.
Buntutnya, kelompok bersenjata Palestina di Gaza menembakkan roket ke Israel dan militer Israel menyatakan merespons dengan serangan udara dan tembakan tank ke arah posisi Hamas, penguasa wilayah tersebut.

Sementara itu, di wilayah Palestina, bentrokan dengan kekerasan pecah antara warga dan pasukan keamanan Israel dan menewaskan beberapa serta melukai puluhan orang Palestina.



Credit  CNN Indonesia



Tolak Pengakuan Yerusalem, Presiden Ceko Sebut UE Pengecut


Tolak Pengakuan Yerusalem, Presiden Ceko Sebut UE Pengecut
Presiden Ceko, Milos Zeman menyebut Uni Eropa (UE) sebagai pengecut karena menolak pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Foto/Istimewa


PRAHA - Presiden Ceko, Milos Zeman menyebut Uni Eropa (UE) sebagai pengecut karena menolak pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Zeman adalah satu-satuya pemimpin dunia, selain Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mendukung keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"UE adalah pengecut, mereka melakukan semua yang mereka bisa sehingga gerakan teroris pro-Palestina dapat memiliki supremasi atas sebuah gerakan pro-Israel," kata Zeman dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Russia Today pada Seni (11/12).

Dia kemudian mengatakan, Ceko cepat atau lambat mungkin akan mengikuti langkah AS untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar mereka di Israel ke kota itu.

"Saya akan menghargai pemindahan Kedutaan Besar Ceko ke Yerusalem. Dan, jika itu terjadi, kami akan menjadi yang pertama melakukannya. Sekarang kita mungkin cepat atau lambat mengikuti AS. Bagaimanapun, ini masih lebih baik daripada tidak sama sekali," tukasnya.

UE sendiri memang telah menegaskan menolak keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Menteri Luar Negeri UE, Frederica Mogherini menyebut langkah yang diambil Trump sangat berbahaya dan mengancam upaya damai antara Palestina dan Israel.




Credit  sindonews.com