MOSKOW - Ribuan tentara dan peralatan tempur Rusia mulai ditarik pulang dari Belarus setelah latihan perang Zapad 2017 berakhir. Latihan perang gabungan berskala besar itu telah memicu histeria di kalangan negara-negara NATO.
Penarikan pasukan Moskow diumumkan Kementerian Pertahanan Rusia.“Pesawat militer Rusia (dan) helikopter yang terlibat dalam berbagai tahap latihan, termasuk yang dilakukan di wilayah Belarusia (Belarus), akan dipindah ke lapangan udara rumah mereka dalam dua hari,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan yang dilansir Interfax, Kamis (21/9/2017).
Latihan perang Zapad 2017 dimulai pada 14 September dan berlangsung sampai Rabu, 20 September 2017. Dalam latihan itu, Rusia mengirim sekitar 3.000 tentara ke Belarus yang berlatih di enam lokasi bersama dengan 7.000 tentara negara tuan rumah.
Sebaliknya, Rusia juga menyambut pasukan Belarus di tiga lokasi, termasuk wilayah Luzhsky, Leningrad.
Data kementerian pertahanan kedua negara menyatakan, kurang dari 13.000 tentara ikut ambil bagian dalam latihan gabungan. Selain itu, sekitar 70 pesawat, 680 kendaraan lapis baja, termasuk 250 tank, 200 senjata artileri, dan 10 kapal perang telah dikerahkan oleh kedua negara.
Sebanyak 90 pengamat asing dari 60 negara diundang untuk memantau latihan tersebut. Namun, manuver besar-besaran ini telah memicu histeria di Barat.
Beberapa kritikus Barat menduga bahwa latihan tersebut mencakup pengambilalihan wilayah. Selain itu, Rusia juga dituduh menempatkan pasukannya secara permanen di Belarus dengan modus latihan gabungan.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, Perdana Menteri Polandia Beata Szydlo, dan Komandan Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Eropa; Letnan Jenderal Ben Hodges, kompak mengungkapkan keprihatinan mereka atas latihan gabungan Rusia-Belarus.
Presiden Lituania Dalia Grybauskaite bahkan memusatkan perhatian soal manuver gabungan itu dalam pidatonya baru-baru ini di Sidang Majelis Umum PBB di New York. ”Kremlin sedang mendemonstrasikan skenario agresif terhadap tetangganya,” katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyaksikan langsung manuver gabungan kedua negara itu kemarin yang menambah kegusaran NATO. Namun, Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko mencoba untuk meredam kekhawatiran Barat.
”(Latihan perang) hanya melindungi kedaulatan negara kami, kepentingan nasional kami dan keluarga kami,” ujarnya.
”Kegiatan dan kerjasama militer gabungan antara Belarus dan Rusia dalam latihan ini tidak ditujukan untuk negara-negara ketiga manapun dan hanya bertujuan melindungi kepentingan nasional kami,” lanjut pemimpin Belarus itu usai memantau tahap akhir latihan di Borisov.
Credit sindonews.com