Kamis, 09 Februari 2017

Pertengahan 2017 Ekspor RI Tak Perlu Lewat Singapura Lagi


 
Pertengahan 2017 Ekspor RI Tak Perlu Lewat Singapura Lagi  
Foto: Grandyos Zafna


Jakarta - Pelabuhan Tanjung Priok akan dijadikan hub internasional supaya ekspor dari daerah tidak lagi lewat Singapura, tetapi langsung dari Indonesia. Rencananya Priok akan menjadi hub internasional mulai pada semester II-2017.

"Pelaksanaan transhipment port dimulai di semester II tahun 2017 ini," kata Dirut Pelindo II, Elvyn G Masassya kepada detikFinance, Rabu (8/2/2017).

 
Ia mengatakan, saat ini Pelindo II sedang melakukan beberapa upaya untuk menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan shipping line. Kemudia juga melakukan sosialisasi ke pengguna jasa dan pengusaha terkait dengan adanya rencana ini.

"Saat ini sedang proses administrasi dan kesepakatan bisnis dengan beberapa shipping line. Kemudian sosialisasi ke pengguna jasa/cargo owner dan asosiasi," kata Elvyn.

 

Pertengahan 2017 Ekspor RI Tak Perlu Lewat Singapura LagiFoto: Rachman Haryanto


Saat ini telah ada 3 perusahaan shipping line yang akan melayani pengiriman ekspor dan impor. Pada tahap pertama, layanan hub internasional ini akan ditujukan ke negara Asia Timur yang muatannya berasal dari Sumatera Tengah, Sumatera Selatan hingga Jawa seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.

"Tahap pertama akan dimulai dengan transhipment untuk tujuan Asia Timur yang kargonya berasal dari Sumatera Tengah atau Selatan dan Jawa," kata Elvyn.


Credit  finance.detik.com


Jadi Hub Internasional, Ini Persiapan di Pelabuhan Tanjung Priok


Jadi Hub Internasional, Ini Persiapan di Pelabuhan Tanjung Priok  
Foto: Rachman Haryanto

Bandung - Pelabuhan Tanjung Priok akan menjadi hub internasional yang rencananya beroperasi pada semester II 2017. Bagaimana persiapannya saat ini?

Di Tanjung Priok nantinya akan ada tempat kargo konsolidasi. Di tempat ini barang-barang dari daerah dikumpulkan di Priok agar muatan kapal besar penuh sebelum diekspor.

Saat ini telah ada 3 shipping line kapal besar yang mau bersandar di Priok demi proyek ini.

"Nanti Priok mau jadi transhipment internasional. Ada kargo konsolidasi dari daerah-daerah itu ke Priok. Sekarang sudah ada 3 shipping line yang sudah bekerja sama dengan kita. Saya tidak mau sebutkan karena pihak sana tidak mau disebutkan," kata Dirut PT Pelindo II, Elvyn G Masassya, di Hotel Hilton, Bandung, Jumat (4/2/2017).

Lokasi pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub internasional ini tidak berada di dekat jalur perdagangan internasional seperti Pelabuhan Kuala Tanjung Sumatera Utara yang berada di dekat Selat Malaka dan Singapura. Namun, Tanjung Priok masih cukup menarik bagi shipping line untuk bersandar karena Jawa memiliki prospek industri yang besar.

"Itu proses bisnis di mana Indonesia sendiri kalau dari sisi titik berat industri, titik berat ekonomi, Jawa masih suatu yang besar dalam beberapa tahun ke depan. Jadi diharapkan daya tarik Tanjung Priok ini masih memberikan hal yang positif," kata Dani.

Disinggahi kapal besar

Direktur Operasi dan Sistem Informasi Pelindo II, Prasetyadi mengatakan saat ini Tanjung Priok telah siap disandarkan kapal besar berkapasitas hingga 10.000-12.000 TEUs per vessel.

"Jadi memang benar hampir 60-70% barang dari Indonesia itu harus lewat Singapura dulu. Jadi di sana ada kapal transit lalu ke destinasinya. Kita coba merubah di Tanjung Priok jadi kapal besar tidak perlu nunggu di Singapura. Kita sudah siap menerima kapal sampai dengan generasi ke 7. Jadi yang di sana yang sudah bisa masuk itu sampai 10.000-12.000 TEUs per vessel," kata Prasetyadi.

Adanya hub internasional ini menurutnya akan mengefisienkan biaya logistik sekitar 1,5 juta per kontainer. Hal itu karena tidak harus dikenakan biaya pemindahan kapal di Singapura.

"Kita bisa menerima kapal besar untuk direct call ke negara tujuan seperti ke AS, Eropa dan Asia timur. Itu target kita ke depan," imbuhnya.

Kapasitas priok saat ini sekitar 8,5 juta TEUs. Saat ini sedang dibangun 3 juta TEUs pada proyek New Tanjung Priok Container Terminal (NPCT tahap 2 dan 3). Secara total Priok akan berkapasitas 11,5 juta TEUs jika proyek NPCT 2 dan 3 selesai 2019.



Credit  finance.detik.com

Ekspor Tak Lewat Singapura, Pengusaha Hemat Rp 1,5 Juta/Kontainer


Ekspor Tak Lewat Singapura, Pengusaha Hemat Rp 1,5 Juta/Kontainer  
Foto: Jhoni Hutapea


Jakarta - Pelabuhan Tanjung Priok sedang disiapkan menjadi hub internasional. Nantinya, para pengusaha Indonesia bisa ekspor melewati Tanjung Priok, tanpa melewati Singapura seperti selama ini.

Direktur Utama PT Pelindo II, Elvyn G Masassya, mengatakan, selama ini para pengusaha mengekspor ke negara lain harus melewati Singapura terlebih dulu.

Namun kini, Pelabuhan Tanjung Priok sudah memiliki sarana infrastruktur yang lengkap. Ia menyebut Priok telah siap secara fasilitas, peralatan, kapasitas, kedalaman, dan telah memiliki jaringan dengan banyak perusahaan shipping line. Jadi, jika pengusaha mengirim barang ekspor lewat Priok, dari segi biaya logistik akan lebih murah.

"Akan terjadi kargo konsolidasi, kapal besar bisa masuk, biaya logistik bisa murah, dan secara national interest kita bisa berkompetisi dengan Singapura. Sehingga barang-barang dari daerah enggak perlu ke Singapura kalau mau pergi ke Osaka, Taiwan. Tapi dikonsolidasikan dulu di Tanjung Priok," ujar Elvyn, di Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2017).

Ia menyebut, pengiriman barang dari pulau Jawa dan Sumatera bisa lebih efektif dan efisien melalui Tanjung Priok. Pengusaha bisa menghemat hingga Rp 1,5 juta per kontainer jika mengirim barang melalui Priok tanpa melewati Singapura.

"Tentu bervariasi di tiap daerah. Palembang kalau mau ke Jepang via Singapura itu bisa lebih mahal ketimbang via Tanjung Priok, penghematannya sekitar Rp1,5 juta. Daerah lain juga bervariasi berkisar antara Rp 1-1,5 juta per kontainer," kata Elvyn.

"Poinnya kan adalah yang penting ongkos logistik turun, ada kargo konsolidasi sehingga kapal besar bisa masuk, dan di sisi lain national interest kita bisa berkompetisi dengan Singapura khususnya untuk transhipment barang-barang dari Indonesia yang mau ke luar negeri," imbuhnya Elvyn.

Nantinya kapal-kapal besar akan masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok. Pelindo II pun telah berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan shippling line internasional terkait rute yang akan digunakan.

"Kita kan sudah punya terminal, peralatan. Poinnya adalah bagaimana kita berkoordinasi dengan shipping line, sehingga bisa sosialisasikan bahwa biayanya lebih murah dan shipping line mau reroute untuk menggunakan Priok sebagai transit, angkut terus istilahnya," ujarnya.

Ia mengatakan, hingga kini telah ada tiga perusahaan shipping line yang mau berkoordinasi dengan Pelindo II terkait hub internasional ini. Pelaksanaan Priok sebagai hub internasional ini ditargetkan selesai pada semester II-2017.



Credit  finance.detik.com

Priok Jadi Hub Internasional, Eksportir Buah Hemat Biaya 20%


Priok Jadi Hub Internasional, Eksportir Buah Hemat Biaya 20%  
Foto: Rachman Haryanto


Jakarta - Pemerintah sedang mempersiapkan Tanjung Priok sebagai hub internasional sehingga tidak lagi ekspor harus ke Singapura terlebih dulu. Menurut pengusaha, hal ini akan mengurangi sekitar 20% biaya logistik karena langsung mengirim ke tempat tujuan.

"Pasti lebih murah kalau misalnya direct dari Jakarta langsung, secara biaya logistik lebih murah supaya harga bisa lebih bersaing karena freight (kirim) lebih murah," kata Wakil Ketua Bidang Ekspor dan Impor Asosiasi Ekspor Impor Buah dan Sayuran, Alvin Susilo, kepada detikFinance, Senin (30/1/2017).

Ia mencontohkan misalnya biaya freight (kiriman) Jakarta-Qingdao 40 feet sekitar US$ 800-1000 via Singapore atau Malaysia. Dengan adanya direct call atau pengiriman langsung dari Indonesia sehingga diperkirakan menurunkan biaya logistik 20%.

"Minimal harusnya 20-30% karena hemat biaya lift on lift off, terminal handling charge dan penumpukan di negara transit dan biaya freight," ujarnya.

Sementara itu, pengiriman yang lebih efisien adalah ketika muatan kapal terisi baik ketika melakukan ekspor maupun impor ke negara tujuan. Oleh karena itu, selanjutnya yang harus ditingkatkan adalah produksi komoditas yang akan diekspor.

Hal itu karena jumlah produksi komoditas pangan masih sedikit yang layak ekspor sehingga pemerintah harus membantu petani meningkatkan produksinya.

Untuk meningkatkan itu, salah satu bantuan yang bisa diberikan misalnya dengan memberikan bantuan benih hingga insentif. Misalnya seperti di negara lain jika petani mampu menghasilkan banyak produksi dengan kualitas yang baik maka bisa diberikan insentif seperti pengembalian bea keluar.

"Kita menyambut baik, biaya logistiknya murah, tapi kita harus perbaiki dulu produksi kita, standar kita dengan meningkatkan kuantitas kita bisa menekan harga kita, barang standar ekspor itu masih sedikit," papar Alvin.

"Untuk memproduksi pasar ekspor, pemerintah memberikan tax insentif kalau bisa ekspor dalam jumlah tertentu pemerintah berikan dia reward, atau bea keluarnya dikembalikan ke permintah atau nol," terangnya.



Credit  finance.detik.com