Tu-214R
Sumber: Rimma Sadykova
Pesawat pengintai Tu-214R,
yang dilengkapi dengan perangkat optik dan elektronik canggih serta
sistem radar yang mumpuni, tiba di Suriah pada pertengahan Februari
lalu. Meski pesawat ini sangat dirahasiakan, RBTH berhasil mengumpulkan
data mengenai karakteristik utama dan tugas tempur pesawat ini.
Rusia
menempatkan pesawat pengintai terbaru di Suriah, yang dapat melacak
aktivitas militer Turki dari jarak ratusan kilometer. Demikian hal
tersebut dilansir dalam blog The Aviationist, mengutip data dari situs Flightradar24.
“Pada
15 Februari, Tu-214R yang terdaftar sebagai RA-64514, dengan nomor seri
42305014, pesawat kedua dari jenis ini yang dibangun di bawah kontrak
dengan Kementerian Pertahanan Rusia, terbang dari Kazan ke markas
Latakia, Suriah,” tulis blog tersebut.
Rute
pesawat ini tersedia bagi para pengguna internet karena transponder
mentransmisikan posisi, ketingian, dan kecepatannya pada frekuensi 1.090
MHz.
Kemunculan pesawat pengintai terbaru Rusia di tengah konflik bersenjata di Suriah bukanlah tanpa alasan.
Menurut
pakar, pemimpin militer Rusia sangat membutuhkan informasi intelijen
untuk memahami situasi di perbatasan Suriah-Turki — jika ada bukti
kredibel mengenai persiapan militer Turki untuk melakukan operasi darat
di Suriah dan bagaimana Angkatan Bersenjata Turki dikelompokkan ulang.
Traktat Ruang Angkasa Terbuka
Traktat Ruang Angkasa Terbuka (The Treaty on Open Skies) menetapkan sebuah program penerbangan pengintaian tak bersenjata di seluruh wilayah peserta perjanjian (ada 34 negara yang menandatangi traktat ini).Perjanjian ini dirancang untuk meningkatkan saling pengertian dan kepercayaan antara negara peserta dengan memberikan negara-negara yang tergabung dalam perjanjian tersebut peran langsung dalam mengumpulkan informasi kekuatan militer dan aktivitas-aktivitasyang menarik perhatian mereka.
Perjanjian ini adalah salah satu upaya internasional yang paling luas sampai saat ini dalam hal mempromosikan keterbukaan dan transparansi pasukan dan aktivitas militer.
Pada
3 Februari, Turki menolak memberikan Rusia izin melakukan penerbangan
pengintaian di atas wilayahnya di bawah Traktat Ruang Angkasa Terbuka.
Rusia
menjawab hal tersebut dengan membawa artileri berat, yaitu menempatkan
pesawat pengintai Tu-214R, yang mampu melakukan pengintaian komprehensif
tanpa melintasi perbatasan Suriah-Turki.
Tak
seperti Tu-214ON, yang diciptakan khusus bagi misi inspeksi di bawah
Traktat Ruang Angkasa Terbuka dan hanya dilengkapi perangkat fotografi,
Tu-214R nyaris memiliki kekuatan super untuk pertemuan intelijen.
Mata-mata Sempurna
United
Aircraft Corporation (UAC), yang memproduksi Tu-214R, tak membeberkan
karakteristik taktis dan teknis pesawat ini pada RBTH, dan menyebutkan
bahwa level kerahasiaan pesawat ini sangat tinggi. Namun, RBTH berhasil mengetahui beberapa detail dari laporan tahunan 2014 Vega Radio Engineering Corporation (bagian dari UAC).
Tu-214R
dapat dibedakan dari pesawat sipil oleh tonjolan yang terletak di depan
dan belakang badan pesawat, serta cantelan berbentuk tetes air di sisi
badan pesawat, tempat sistem radar powerful all-sky dan sideways-looking phased-array diletakkan.
Radar
tersebut tergabung dalam sistem rekayasa radio multifrekuensi MRK-411
yang merupakan mata dan telinga pesawat ini: operator menerima informasi
dalam moda aktif dan pasif (tanpa menunjukkan lokasi mereka) dan dapat
mencegat komunikasi radio musuh.
Fitur utama radar Tu-214R adalah radar pemindai penetrasi darat (ground-penetrating radar/GPR).
Dengan kata lain, objek yang tersembunyi dapat diidentifikasi dari
pesawat ini. Semua objek yang tersembunyi, tertutup oleh salju atau
pasir, atau disamarkan oleh pohon, akan terdeteksi oleh Tu-214R. Ia akan
mengambil gambar radar dan segera mengirim informasi pada pos komando.
Sistem
rekayasa radio didampingi oleh sistem gambar elektro-optik Fraktsiya,
yang digunakan oleh kru Tu-214R untuk menerima gambar berketepatan
tinggi secara real-time, dari medan yang terlihat hingga rentang inframerah.
Sebelumnya,
Tu-214R (berdasarkan data, Rusia memiliki dua pesawat ini) mengganggu
Pasukan Pertahanan Diri Udara Jepang, yang menemukan salah satu pesawat
ini pada pertengahan Desember 2015 di atas perairan netral Laut Jepang.
Pada musim panas 2015, Tu-214R kedua terlihat di dekat perbatasan Ukraina.
Proyek yang Tertunda
Tu-214R
menghabiskan banyak waktu di lantai pabrik dan merupakan subjek dari
sejumlah langkah hukum antara Kementerian Pertahanan dan manufaktur
karena penundaan berulang pengiriman pesawat ini.
Konflik
di Suriah mempercepat penyelesaian pengintai bersayap ini. Laporan
tahunan Vega menyebutkan bahwa karakteristik performa sistem rekayasa
radio diperbaiki untuk secara efektif mendeteksi objek tersembunyi,
kumpulan gambar radar dibentuk, dan algoritma khusus untuk menguraikan
kode dan mengirim data ke pesawat dikembangkan.
Dilengkapi
oleh perangkat yang terbilang unggul, Tu-214R akan dioperasikan bersama
pesawat pengintai Angkatan Udara dan Antariksa Rusia di Suriah — Il-20
dan A-50. Berkat Tu-214R, pemimpin militer RUsia akan menerima data
intelijen komprehensif tepat waktu, meski Turki ‘menutup ruang
udaranya’.
Credit RBTH Indonesia