Kamis, 19 Maret 2015

Sovereign Credit Indonesia Diganjar Rating BBB-


Sovereign Credit Indonesia Diganjar Rating BBB- 
 Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Perekonomian Sofyan Jalil (kiri) Plt Gubernur Banten Rano Karno (kanan) melihat maket pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, di Desa Tanjung Jaya, Pandeglang, Banten, Senin (23/2).
 
Jakarta, (CB) -- Kebijakan pemerintahan Joko Widodo mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) memberi dampak positif terhadap persepsi investor asing di dalam menakar pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tak ayal, baru-baru ini perusahaan pemeringkat internasional yakni Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengafirmasi peringkat resiko investasi atau Sovereign Credit Rating Indonesia berada di level BBB-(stable outlook). Ini mengingat pencabut subsidi BBM diyakini akan meningkatkan kapasitas fiskal nasional. "Tapi hal tersebut juga harus diimbangi dengan komitmen kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi," tulis keterangan resmi R&I seperti yang diperoleh CNN Indonesia, Kamis (19/3).
Selain alasan tadi, faktor yang menjadikan peringkat investasi Indonesia dinilai layak oleh investor juga berangkat dari tingginya komitmen pemerintah di dalam melaksanakan reformasi struktural. R&I menyatakan, upaya reformasi struktural memiliki peran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Sementara faktor ketiga yang menjadikan peringkat investasi Indonesia berada pada rating BBB- juga dikarenankan adanya penurunan 
concern terhadap penanganan likuiditas valas seiring peningkatan cadangan devisa dan kinerja neraca pembayaran.
Dari keterangannya, R&I pun memperkirakan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor domestik akan mereda menyusul menguatnya arah kebijakan Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, hingga menurunnya tekanan inflasi.

"Upaya pemerintah mempersingkat perizinan investasi melalui pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta realokasi subsidi BBM untuk proyek infrastruktur juga akan meningkatkan daya saing Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi," terang perusahaan pemeringkat asal Amerika Serikat tersebut.

Meski begitu, R&I menekankan bahwa upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi perlu disertai dengan pembangunan infrastruktur. Ini dilakukan untuk menghindari tekanan pada neraca pembayaran dan inflasi. Lebih lanjut, R&I juga memandang diperlukan upaya perbaikan dan keseimbangan fiskal melalui peningkatan penerimaan pajak.
Menanggapi rating tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo menyatakan penilaian R&I seakan menegaskan bahwa dunia internasional mengakui komitmen pemerintah Indonesia di dalam mendorong kapasitas ekonomi domestik. Pun komitmen tadi akan direalisasikan melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan seimbang, dengan mengimplementasikan upaya reformasi struktural dan tetap mempertahankan stabilitas makroekonomi.

Sebelumnya, pada 2013 silam R&I juga pernah mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level yang sama yakni BBB-/stable outlook.



Credit  CNN Indonesia