Ilustrasi ISIS. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Menurut Chep sebenarnya ada 1.200 orang yang diundang dalam kongres kala itu, namun dalam pelaksanaannya hanya 412 orang yang datang. Selain dari Indonesia, datang juga mujahid dari beberapa negara, di antaranya Palestina, Yordania, Irak, Pakistan dan India.
"Kongres umat mujahid Indonesia ini menghasilkan kesepakatan salah satunya adalah: melanjutkan perjuangan penegakan syariat Islam di Indonesia, menghentikan perjuangan dalam bentuk apapun di NKRI, termasuk angkat senjata dan pengeboman. Inilah komitmen agar tidak melakukan jihad di Indonesia," kata pemimpin ormas Gerakan Reformis Islam, GARIS, ini.
Namun, lanjut dia, semangat para mujahid muda sangat tinggi dan sulit terbendung untuk berjihad. Itulah sebabnya kemudian dia membiayai perjalanan ratusan mujahid untuk bergabung dengan ISIS di Suriah, menyalurkan semangat jihad yang dimiliki pemuda.
"Karena saya takut kejadian di sini, saya kirim mereka ke sana," ujar Chep.
Dia mengaku habis sekitar Rp 1 miliar untuk memberangkatkan ke-156 orang ini. Chep mengaku telah memberangkatkan 156 WNI ke Suriah antara Mei dan April 2014. Mereka terbang dari Surabaya, Makassar, Aceh dan Jawa.
Mabes Polri sendiri mengaku tengah melakukan penyelidikan terhadap pemilik beberapa perusahaan di Cianjur ini. Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) sebelumnya juga mengatakan sudah mengantongi nama beberapa orang yang diduga menjadi sponsor keberangkatan WNI untuk bergabung dengan ISIS.
Chep mengatakan pernah dipanggil Mabes Polri soal pendanaan ini. Namun dia mengatakan polisi tidak punya pasal yang kuat untuk memenjarakannya. "Saya memang memberangkatkan mereka, tapi saya bilang tujuan mereka apa, entah umroh atau apa, saya tidak tahu," kata Chep.
Selain itu dia mengatakan bahwa tindakannya itu adalah bentuk dari upaya dalam menjaga keamanan nasional di Indonesia. Dengan komitmen para mujahidin ini, dia bisa memastikan tidak akan ada lagi serangan teroris di dalam negeri.
Credit CNN Indonesia