Presiden AS Donald Trump. (REUTERS/Carlos Barria)
Mengutip Reuters, banatahan tersebut disampaikan Trump saat menerima kunjungan Raja Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, di Washington DC, Rabu (5/9).
Sebelumnya, pernyataan Trump yang akan membunuh Assad itu dikutip pada sebuah buku yang berjudul 'Fear: Trump in the White House' yang ditulis oleh seorang reporter Watergate, Bob Woodward.
Ucapan Trump tadi dilontarkan kepada Menteri Pertahanan, James Mattis, lewat sambungan telepon. Pernyataan itu diungkap setelah Suriah melancarkan serangan kimia terhadap warga sipil pada April 2017 lalu.
Namun, Mattis mengabaikan hal tersebut dan menutup teleponnya. Ia lantas berbicara dengan staf lainnya soal apa yang ia dengar dari Trump dan menyatakan bahwa dirinya tidak ingin melakukan itu.
"Kami tidak akan melakukan semua itu. Trump bertindak seperti anak kelas lima," kata dia.
Masih menurut buku tadi, terkadang staf Trump memang mengabaikan perintah presiden. Hal ini dilakukan untuk untuk membatasi perilaku Trump yang mereka kategorikan sebagai perilaku yang merusak dan berbahaya.
Trump disebut akan membunuh Bashar Al-Assad. (REUTERS/SANA)
|
Meski demikian, Duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Nikki Haley meragukan kalimat dalam buku yang berbicara mengenai Assad.
"Saya senang bisa mengetahui rahasia itu [...] dan saya belum pernah mendengar presiden berbicara soal pembunuhan Assad," kata Haley seperti dikutip oleh Reuters.
Respons Pengepungan di Idlib Suriah
Trump juga merespons soal adanya pembantaian di provinsi Idlib oleh pemerinah Suriah dan sekutunya.
"Amerika Serikat akan sangat marah bila ada pembantaian di Idlib," kata Trump.
Trump pun menegaskan pihaknya dan dunia sedang mengawasi manuver militer Suriah di Idlib.
Idlib disebut merupakan benteng terakhir pemberontak terhadap pemerintahan al-Assad.
Berbagai organisasi kemanusiaan telah memperingatkan tentang potensi bencana kepada 2,5 juta warga sipil di provinsi itu jika serangan itu berlanjut.
Namun Suriah dan sekutunya telah mengisyaratkan bahwa mereka bermaksud untuk membuat kemajuan di Idlib. Hampir dua pertiga di antaranya dikendalikan sekitar 30.000 pejuang milik ekstrimis Hayat Tahrir Al Sham (HTS), koalisi Islam yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Credit cnnindonesia.com