Polisi Afghansitan menuntut persamaan gaji dan
perlengkapan karena selama ini mereka ditugaskan bertempur langsung
dengan Taliban yang merupakan tugas tentara. (Reuters/Mohammad Ismail)
Jumlah korban ini menggarisbawahi kelemahan kronis penjaga keamanan Taliban yang akan terus diuji di medan tempur.
Pertempuran selama empat hari di Ghazni ini menggarisbawahi masalah seperti kebencian terhadap anggota militer, yang terus meningkat sementara kelompok perlawanan terus meningkatkan tekanan untuk mengganggu pemilu legislatif Afghanistan bulan depan.
Puluhan polisi tewas sejak pertempuran di Ghazni setelah Taliban menyerang kota-kota di Afghanistan utara seperti Sar-e-Pul, Baghlan dan Samangan di provinsi Kunduz. Sementara 15 polisi tewas dalam satu pertempuran minggu lalu.
"Kami berjuang untuk negara kami tetapi kami tidak mendapatkan kesejahtaraan dan kehormatan seperti yang dinikmati oleh tentara," kata polisi Ghazni Mohammad Zaman. Pernyataan ini menggambarkan kebencian mendalam yang menghalangi koordinasi di antara pasukan keamanan.
Polisi
Afghanistan mengeluhkan perberdaan kesejahteraan, perlangkapan dan
perlatihan dengan tentara meski polisi yang sering kali dikerahkan di
garis depan melawan Taliban. (Reuters/Omar Sobhani)
|
Meski secara umum polisi Afghanistan dibayar lebih rendah dengan perlengkapan lebih minim dibanding tentara, polisi dikerahkan di garis depan untuk melawan kelompok perlawanan. Mereka berjaga-jaga di pos pemeriksaan yang menjadi sasaran serangan.
Satu laporan dari Pentagon yang diterbitkan Maret lalu, jumlah polisi Afghanistan adalah 129.156 orang dari total 313.728 pasukan keamanan. Angka ini 11% di bawah kebutuhan sebanyak 352 ribu orang.
Satu rencana yang dicanangkan tahun lalu, Polisi Perbatasan Afghanistan dan Polisi Ketertiban masyarakat Nasional dialihkan ke kementerian pertahanan. Langkah ini bertujuan membebaskan unit polisi untuk lebih bsia melakukan tugas-tugas penegakan hukum.
Namun, langkah itu berjalan dengan lambat. Pentagon melaporkan "belum adap perubahanbesar" dalam peran polisi setelah langkah pengalihan ini.
Laporan kementerian dalam negeri Afghanistan yang dibuat setelah Taliban sempat menguasai Ghazni bulan lalu menemukan bahwa selama lebih dari 28 jam polisi bertempur sendiri sebelum akhirnya angkatan bersenjata melakukan operasi kontra-perlawanan.
"Polisi Nasional Afghanistan bergerak cepat namun mereka kalah karena tidak dilatih untuk melawan Taliban. Sejumlah polisi ketahukan dan melarikan diri ke desa sekitar," tulis laporan itu.
Penilaian Ulang
Sementara Talingan menguasai wilayah pedesaan dan terus melakukan serangan ke kota-kota, peran polisi akan bertambah karena Taliban diperkirakan akan meningkatkan serangan dalam upaya mengganggu pemilihan parlemen Oktober mendatang.
Sekitar 50 ribu polisi saat ini tengah mengikuti pelatihan melindungi ribuan TPS di berbagai wilayah terpencil Afghanistan, namun jumlah korban tewas yang tinggi membuat moral polisi turun.
"Tugas angkatan bersenjata memerangi Taliban dan kami (polisi) punya tugas sendiri, tetapi kami berjuang menyelamatkan Ghazni, kami melakukan tugas angkatan bersenjata," kata Ahmad Khan, juru bicara kepolisian Ghazni.
"Kami ingin mengetahui alasan keterlambatan angkatan bersenjata ketika kami diserang dari berbagai sisi. Kami terpaksa bertemper sendiri dan menjalankan tugas badan lain."
Negara donor asing, seperti Amerika Serikat, yang akan mengalokasikan dana sebesar US$766 juta untuk Polisi Nasional Afghanistan sudah meminta reformasi yang meliputi kenaikan gaji, mengganti pimpinan yang korup dan menghilangkan nama polisi "hantu" yang ada dalam daftar pegawai.
Pengalaman di Ghazni dan keluhan dari kepolisian mendorong pemerintah mengeluarkan janji untuk melakukan reformasi dan juga memberi persenjataan baru untuk mengganti AK-47 dan mobil Humvee tua yang sekarang dipakai oleh polisi.
"Polisi tidak lagi menjaga pos pemeriksaan, kami akan mengerahkan tentara di pos-pos pemeriksaan penting dalam 30 hari," ujar seorang pejabat senior kementerian dalam negeri.
Pertempuran
di Ghazni, Afghanistan, menyebakan puluhan polisi tewas dan tentara
dikerahkan sangat terlambat. (Reuters/Mustafa Andaleb)
|
Akan tetapi, rencana itu belum disetujui oleh Penasihan Keamanan Nasional Hamdullah Mohib yang ditunjuk bulan lalu setelah pendahulunya Hanif Atmar mengundurkan diri karena berbeda pendapat dengan Presiden Ashraf Ghani terkait pengepungan kota Ghazni.
Credit cnnindonesia.com