Tingkat tarif baru yang dikenakan AS untuk produk Cina senilai 200 miliar dolar AS.
CB,
WASHINGTON -- Pemerintahan Trump akan mengenakan tarif impor baru
senilai 200 miliar dolar AS untuk barang-barang Cina mulai pekan depan.
Hal itu semakin meningkatkan perang dagang antara kedua negara dan
berpotensi menaikkan harga barang mulai dari tas tangan hingga ban
sepeda.
Tingkat tarif akan dimulai dari 10 persen, kemudian naik menjadi 25
persen pada awal tahun depan. Presiden Donald Trump menyampaikan
kebijakan baru AS itu pada Senin (17/9). Trump telah memberlakukan tarif
25 persen senilai 50 miliar dolar AS untuk barang-barang Cina dan Cina
membalas dengan cara yang sama untuk produk pertanian AS.
Beijing
telah memperingatkan bahwa ia akan meningkatkan tarif impor
barang-barang AS senilai 60 miliar dolar AS jika Trump memerintahkan
kenaikan tarif terbaru. Namun, Trump mengancam akan menaikkan kembali
tarif impor produk Cina senilai 267 miliar dolar AS jika Cina kembali
melakukan pembalasan.
Pemerintah Trump mengatakan, mereka telah menarik beberapa
item
barang dari daftar produk yang akan dikenakan tarif pajak senilai 200
miliar dolar AS itu. Hal itu termasuk produk keselamatan anak, seperti
helm sepeda. Pemerintah AS juga menghapus produk jam tangan pintar dan
produk elektronik lainnya dari daftar barang untuk tarif baru tersebut.
Kendati
memberlakukan tarif impor terbaru, AS tetap terbuka untuk bernegosiasi
dengan Cina. "Cina telah memiliki banyak peluang untuk sepenuhnya
mengatasi masalah kami. Saya mendesak para pemimpin Cina untuk mengambil
tindakan cepat dalam mengakhiri praktik perdagangan tidak adil di
negara mereka," kata Trump dalam sebuah pernyataan.
Kantor
Perwakilan Perdagangan AS telah menuduh Cina menggunakan taktik untuk
mendapatkan teknologi dan kekayaan intelektual AS. Taktik itu termasuk
meretas perusahaan AS untuk mencuri rahasia dagang mereka dan memaksa
perusahaan menyerahkan kekayaan intelektual mereka sebagai ganti akses
ke pasar Cina.
Trump juga mengeluh tentang defisit
perdagangan AS dengan Cina senilai 336 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Pada Mei, Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri Cina
Liu He berusaha mengatur perundingan perdagangan antarkedua negara.
Namun, Trump dengan cepat mundur dari rencana itu dengan kembali
memberlakukan tarif baru.
Dalam dua putaran pertama tarif
yang diberlakukan AS, Trump berusaha menyelamatkan konsumen Amerika
dari dampak langsung pajak impor. Tarifnya terfokus pada produk
industri, bukan pada barang yang dibeli di pusat perbelanjaan atau
melalui Amazon.
Tarif impor pajak terbaru itu dinilai akan
berdampak langsung pada biaya rumah tangga. Pemerintah menargetkan
berbagai produk mulai dari salmon, sarung tangan bisbol, hingga tikar
bambu. Hal itu memaksa perusahaan AS untuk mencari pemasok di luar Cina
atau tetap menjual produk itu kepada pelanggan mereka dengan harga lebih
mahal.
Dalam pengajuan kepada pemerintah, misalnya, Giant
Bicycles Inc dari Newbury Park, Kalifornia, mencatat bahwa 94 persen
sepeda impor berasal dari Cina. "Kami tidak dapat menggeser rantai
pasokannya ke pasar baru untuk menghindari tarif," katanya. Perusahaan
itu memperingatkan bahwa kenaikan tarif itu pasti akan dibayar oleh
konsumen Amerika.
Pada saat kampanye kepresidenan, Trump
berjanji untuk mengenakan pajak impor dan mengatur ulang perjanjian
perdagangan yang menurutnya membuat perusahaan dan pekerja AS berada
pada posisi kurang beruntung. Tetapi, banyak analis mengatakan tindakan
agresifnya tidak akan berhasil.
"Taktik negosiasi presiden
tidak berjalan sesuai dengan cara berpikir Cina," kata Sung Won Sohn,
kepala ekonom di SS Economics di Los Angeles.
Sohn
mengatakan, Cina akan membalas terhadap setiap peningkatan tarif AS. Hal
itu akan meningkat sampai AS membebani tarif untuk semua prodduk Cina
senilai 524 miliar dolar AS pada tahun lalu. Namun, menurutnya, ekonomi
AS cukup kuat untuk menghadapi kerugian yang ditimbulkan dari perang
dagang ini.
"Dalam jangka pendek, kita akan memiliki harga
lebih tinggi dan lebih sedikit pekerjaan daripada yang seharusnya kita
miliki. Untungnya, perekonomian AS cukup kuat, jadi kita tidak perlu
khawatir tentang apa yang akan dilakukan terhadap perekonomian kita,"
ujar Sohn.
Sohn mengatakan, pemerintah Trump sedang
berupaya untuk membuat Cina berhenti melanggar aturan perdagangan
internasional. Tetapi, seharusnya AS meminta dukungan dari mitra dagang
lain, seperti Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.
Sebaliknya,
Trump justru melancarkan permusuhan dengan masing-masing mitra dagang
itu. Trump mengenakan tarif impor pada baja dan aluminium untuk
menuntut Meksiko dan Cina mengubah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika
Utara (NAFTA) menjadi kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi AS.