CB, Mediterania – Kepala Staf Angkatan Laut Rusia,
Vladimir Korolev, mengatakan kapal perang dan pesawat tempur negara itu
akan menggelar latihan menembak dan meluncurkan rudal pada latihan
perang besar di Laut Mediterania.
“Dalam latihan ini, ada pengelompokan pasukan untuk berlatih tugas perang anti kapal selam dan anti serangan udara, perlindungan komunikasi maritim, melawan pembajakan dan pengerahan bantuan untuk kapal yang membutuhkan bantuan selain berlatih menembakkan roket dan serangan artileri,” kata Korolev speerti dilansir Express, Jumat, 31 Agustus 2018 waktu setempat.
Ini merupakan latihan gabungan pertama antara angkatan laut dan udara Rusia sejak beberapa waktu lalu. Latihan ini akan melibatkan dua kapal selam, 26 kapal tempur, dan 34 pesawat tempur.
Latihan perang ini akan melibatkan Armada Utara Rusia, kapal penjelajah Marshl Ustinov untuk kelas Slava, dan kapal penghancur Severomorsk anti-kapal selam untuk kelas Udaloy.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan latihan militer ini penting untuk menjaga keamanan lalu lintas perdagangan di laut dan penerbangan.
Latihan perang besar-besaran ini digelar setelah Kremlin menyatakan bersiap atas kemungkinan adanya serangan rudal besar-besaran militer Amerika dan sekutu terhadap pemerintahan Suriah.
Kapal Perang Rusia Marshal Ustinov. TASS
Media Sputnik News melansir indikasi bakal adanya serangan AS itu muncul dari pernyataan penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, pada pekan lalu bahwa AS akan merespon dengan kuat jika militer Suriah menyerang warga sipil dengan bom kimia saat menaklukkan Provinsi Idlib dari kelompok militan anti Presiden Bashar al Assad.
Militer Rusia menuding pernyataan Bolton ini bagian dari operasi serangan jebakan bom kimia oleh kelompok militan untuk disalahkan kepada militer Suriah dengan tujuan memicu serangan retaliasi rudal presisi militer AS dan sekutu.
Pada April 2018, militer AS, Inggris dan Prancis menggelar serangan gabungan rudal presisi menggunakan kapal perang, pesawat jet tempur dan kapal selam. Sekitar 100 rudal presisi ditembakkan ke pos pasukan khusus Suriah, gudang senjata, dan gudang senjata kimia.
USS Newport News. Gibraltar Chronicle
Militer Suriah mengklaim berhasil menembak jatuh sekitar 70 persen rudal menggunakan sistem anti-rudal yang dibawa pasukan Rusia.
Menurut Radio Free Europe, utusan tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vasily Nebenzya, mengatakan kepada rekannya dari Inggris soal adanya plot ini.
“Kami juga ingin mengingatkan kepada Anda bahwa kami menyadari betul rencana buruk Anda,” kata Nebenzya. Rusia menuding ada perusahaan pertahanan Olive, yang terlibat dalam plot serangan bom kimia ini, untuk berpura-pura sebagai tim kemanusiaan Helm Putih namun menyelundupkan senjata kimia.
“Dalam latihan ini, ada pengelompokan pasukan untuk berlatih tugas perang anti kapal selam dan anti serangan udara, perlindungan komunikasi maritim, melawan pembajakan dan pengerahan bantuan untuk kapal yang membutuhkan bantuan selain berlatih menembakkan roket dan serangan artileri,” kata Korolev speerti dilansir Express, Jumat, 31 Agustus 2018 waktu setempat.
Ini merupakan latihan gabungan pertama antara angkatan laut dan udara Rusia sejak beberapa waktu lalu. Latihan ini akan melibatkan dua kapal selam, 26 kapal tempur, dan 34 pesawat tempur.
Latihan perang ini akan melibatkan Armada Utara Rusia, kapal penjelajah Marshl Ustinov untuk kelas Slava, dan kapal penghancur Severomorsk anti-kapal selam untuk kelas Udaloy.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan latihan militer ini penting untuk menjaga keamanan lalu lintas perdagangan di laut dan penerbangan.
Latihan perang besar-besaran ini digelar setelah Kremlin menyatakan bersiap atas kemungkinan adanya serangan rudal besar-besaran militer Amerika dan sekutu terhadap pemerintahan Suriah.
Kapal Perang Rusia Marshal Ustinov. TASS
Media Sputnik News melansir indikasi bakal adanya serangan AS itu muncul dari pernyataan penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, pada pekan lalu bahwa AS akan merespon dengan kuat jika militer Suriah menyerang warga sipil dengan bom kimia saat menaklukkan Provinsi Idlib dari kelompok militan anti Presiden Bashar al Assad.
Militer Rusia menuding pernyataan Bolton ini bagian dari operasi serangan jebakan bom kimia oleh kelompok militan untuk disalahkan kepada militer Suriah dengan tujuan memicu serangan retaliasi rudal presisi militer AS dan sekutu.
Pada April 2018, militer AS, Inggris dan Prancis menggelar serangan gabungan rudal presisi menggunakan kapal perang, pesawat jet tempur dan kapal selam. Sekitar 100 rudal presisi ditembakkan ke pos pasukan khusus Suriah, gudang senjata, dan gudang senjata kimia.
USS Newport News. Gibraltar Chronicle
Militer Suriah mengklaim berhasil menembak jatuh sekitar 70 persen rudal menggunakan sistem anti-rudal yang dibawa pasukan Rusia.
Menurut Radio Free Europe, utusan tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vasily Nebenzya, mengatakan kepada rekannya dari Inggris soal adanya plot ini.
“Kami juga ingin mengingatkan kepada Anda bahwa kami menyadari betul rencana buruk Anda,” kata Nebenzya. Rusia menuding ada perusahaan pertahanan Olive, yang terlibat dalam plot serangan bom kimia ini, untuk berpura-pura sebagai tim kemanusiaan Helm Putih namun menyelundupkan senjata kimia.
Credit tempo.co