Senin, 06 Maret 2017

Bekas Bos Intelijen AS Bantah Obama Sadap Trump

 
Bekas Bos Intelijen AS Bantah Obama Sadap Trump
Bekas bos intelijen AS, James Clapper, membantah Obama telah menyadap Trump selama kampanye presiden. Foto/Istimewa
 
WASHINGTON - Mantan direktur intelijen nasional Amerika Serikat (AS), James Clapper, membantah ada penyadapan terhadap Donald Trump atau kampanyenya. Clapper juga mengatakan ia tahu tidak ada perintah pengadilan untuk melakukan penyadapan Trump Tower di New York.

"Tidak ada aktivitas alat sadap yang dipasang terhadap presiden terpilih pada saat itu, sebagai kandidat, atau terhadap kampanyenya," kata Clapper kepada NBC Meet the Press.

Clapper mengatakan bahwa sebagai direktur intelijen ia akan tahu tentang perintah pengadilan apapun terkait hal seperti ini. "Saya benar-benar dapat menyangkalnya," kata Clapper seperti dikutip dari BBC, Senin (6/3/2017).

Namun dia menambahkan: "Saya tidak bisa bicara untuk badan lain yang berwenang di pemerintah atau negara bagian atau badan lokal."

Dalam wawancara, Clapper juga mengatakan bahwa tidak ada bukti telah ditemukan kolusi antara tim Trump dan pemerintah Rusia.

Komentar Clapper tampaknya bertentangan dengan laporan yang mengatakan bahwa surat perintah itu pada awalnya menolak, tapi kemudian disetujui pada bulan Oktober.

Beberapa laporan media menyatakan surat perintah itu berasal dari pengadilan pengawasan intelijen asing (FISA) untuk memantau anggota tim Trump diduga kontak teratur dengan para pejabat Rusia. Di bawah FISA, penyadapan hanya dapat disetujui jika ada kemungkinan sebab yang dapat dipercaya bahwa target pengawasan adalah agen dari kekuatan asing. Obama tidak bisa secara legal telah memberikan surat perintah tersebut.

Credit  sindonews.com


Gedung Putih Minta Kongres Selidiki Penyadapan Trump Oleh Obama

Gedung Putih Minta Kongres Selidiki Penyadapan Trump Oleh Obama
Hubungan mantan Presiden AS Barack Obama dengan suksesornya Donald Trump memasuki babak baru setelah munculnya tuduhan penyadapan selama kampanye pemilu presiden 2016. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Gedung Putih meminta Kongres Amerika Serikat (AS) untuk menyelidiki apakah pemerintah Obama menyalahgunakan kewenangan investigasi selama kampanye presiden 2016 lalu. Penyelidikan itu sebagai bagian dari penyelidikan Kongres terhadap intervensi Rusia pada pemilu.

Permintaan itu datang sehari setelah Presiden Donald Trump menuduh Obama memerintahkan penyadapan terhadap ponselnya di markas kampanye Trump di Trump Tower, New York.

Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan Trump dan pejabat pemerintah akan memberikan komentar lebih lanjut tentang masalah ini sampai Kongres telah menyelesaikan penyelidikannya. Hal ini berpotensi memberikan waktu bagi Trump untuk dapat menjelaskan tuduhanya.

"Laporan investigasi tentang kemungkinan adanya motif politik menjelang pemilu 2016 sangat mengganggu," kata Spicer dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/3/2017).

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh pendahulunya, Barack Obama, menyadap dirinya. Penyadapan itu dilakukan pada bulan Oktober selama tahap akhir kampanye pemilihan presiden. Namun, ia tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu.

"Bagaimana rendahnya Presiden Obama menyadap ponsel saya selama proses pemilihan yang sangat sakral. Ini adalah Nixon/Watergate. Jahat (sakit)!" kata Trump dalam serangkaian tweet di akun Twitternya.

"Saya berani bertaruh, seorang pengacara yang hebat bisa membuat sebuah kasus menjadi besar dari fakta bahwa Presiden Obama telah menyadap ponsel saya pada bulan Oktober sebelum Pemilu!" katanya lagi.
Credit  sindonews.com


Obama Bantah Sadap Trump Selama Kampanye

Obama Bantah Sadap Trump Selama Kampanye
Mantan presiden AS, Barack Obama, membantah telah menyadap Presiden Donald Trump selama masa kampanye pilpres lalu. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Seorang juru bicara mantan presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menolak tudingan Presiden Donald Trump. Trump menuding Obama telah menyadapnya pada bulan Oktober selama tahap akhir kampanye pemilu presiden lalu.

"Baik Presiden Obama maupun pejabat Gedung Putih tidak pernah memerintahkan pengawasan terhadap setiap warga negara AS. Setiap perintah, jika ada, itu palsu," kata juru bicara Obama, Kevin Lewis seperti dikutip dari Reuters, Minggu (5/3/2017).

"Aturan utama dari Pemerintahan Obama adalah pejabat Gedung Putih dilarang untuk melakukan interfensi segala investigasi independen yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman," imbuhnya.

Trump sebelumnya menuding Obama telah menyadap teleponnya. Penyadapan itu dilakukan di kantor dan apartemennya, Trump Tower di New York.

"Bagaimana rendahnya Presiden Obama menyadap ponsel saya selama proses pemilihan yang sangat sakral. Ini adalah Nixon/Watergate. Jahat (sakit)!" kata Trump dalam serangkaian tweet di akun Twitternya.

"Saya berani bertaruh, seorang pengacara yang hebat bisa membuat sebuah kasus menjadi besar dari fakta bahwa Presiden Obama telah menyadap ponsel saya pada bulan Oktober sebelum Pemilu!" katanya lagi tanpa memberika bukti yang sahih.

Credit  sindonews.com


Tanpa Bukti, Trump Mengaku Disadap Obama Selama Kampanye

Tanpa Bukti, Trump Mengaku Disadap Obama Selama Kampanye
Presiden AS Donald Trump menuduh pendahulunya Barack Obama telah menyadap dirinya selama kampanye presiden. Foto/REUTERS

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh pendahulunya, Barack Obama, menyadap dirinya. Penyadapan itu dilakukan pada bulan Oktober selama tahap akhir kampanye pemilihan presiden. Namun, ia tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu.

"Bagaimana rendahnya Presiden Obama menyadap ponsel saya selama proses pemilihan yang sangat sakral. Ini adalah Nixon/Watergate. Jahat (sakit)!" kata Trump dalam serangkaian tweet di akun Twitternya.

"Saya berani bertaruh, seorang pengacara yang hebat bisa membuat sebuah kasus menjadi besar dari fakta bahwa Presiden Obama telah menyadap ponsel saya pada bulan Oktober sebelum Pemilu!" katanya lagi seperti dikutip dari Reuters, Minggu (5/3/2017).

Dalam salah satu Tweet, Trump mengatakan dugaan penyadapan berlangsung di kantor dan apartemennya Trump Tower di New York, tapi ada "apa-apa yang ditemukan."

Pihak Obama tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari tudingan ini. Sedangkan pihak Gedung Putih tidak menanggapi permintaan untuk menjelaskan tuduhan Trump.

Bantahan datang dari mantan penasihat Obama Ben Thodes. "Tidak ada presiden yang dapat menyadap pesan. Pelarangan itu diletakkan untuk melindungi warga dari orang-orang seperti Anda," tulis Rhodes di akun Twitternya.

Menanggapi tweet Trump tentang seorang pengacara membuat "kasus besar," Rhodes menjawab: "Tidak. Mereka tidak bisa. Hanya pembohong bisa melakukan itu."

Pemerintah Trump berada di bawah tekanan dari badan penyelidik federal AS atau FBI dan penyelidikan Kongres terkait kontak antara beberapa anggota tim kampanyenya dengan para pejabat Rusia selama kampanye.


Credit  sindonews.com