Kamis, 09 Februari 2017

Beijing Hindari Konflik dengan AS soal Laut China Selatan


 
Beijing Hindari Konflik dengan AS soal Laut China Selatan  
Meski aktif di Laut China Selatan, Beijing menghindari konflik dengan AS. (REUTERS/Stringer)
 
Jakarta, CB -- Beijing meminimalisir kemungkinan konflik dengan Amerika Serikat soal Laut China Selatan di tengah retorika agresif pemerintahan Donald Trump. Negeri Tirai Bambu menyatakan kedua pihak akan merugi jika saling berbenturan.

China menegaskan kedaulatan di sebagian besar kawasan kaya sumber daya itu meski negara-negara tetangga di Asia Tenggara turut mengklaimnya. Untuk itu, Beijing membangun karang-karang di perairan sengketa tersebut menjadi pulau buatan yang bisa digunakan untuk megerahkan pesawat militer.

Pulau-pulau itu dianggap berpotensi mengakibatkan masalah dan komentar terbaru dari Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer serta Menteri Luar Negeri Rex Tillerson semakin memanaskan suasana.

Namun, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, ketika berkunjung ke Australia, Selasa (7/2), mengatakan peperangan tidak akan menguntungkan siapa-siapa.

"Untuk setiap politisi yang berakal sehat, mereka jelas memahami bahwa tidak boleh ada konflik antara China dan Amerika Serikat," ujarnya di Canberra, dilaporkan ABC, sebagaimana dikutip AFP.

"Kedua pihak akan merugi dan kedua pihak tidak bisa menerima itu."
China membangun pulau buatan berkapasitas militer di Laut China Selatan.China membangun pulau buatan berkapasitas militer di Laut China Selatan. (Reuters/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digital Globe/Handout)
Bulan lalu Spicer mengatakan AS "akan memastikan kepentingan kami terlindungi" di Laut China Selatan sementara Tillerson mengatakan akses China ke pulau-pulau buatan itu bisa diblokade--meningkatkan kemungkinan konfrontasi militer.

Wang mengatakan hubungan AS-China telah berhasil melalui "semua bentuk kesulitan" selama berdekade dan penting untuk memperioritaskan usaha diplomasi, merujuk pada pernyataan lebih baru dari Menteri Pertahanan AS James Mattis.

Dalam kunjungan ke Jepang, pekan lalu, Mattis mengatakan Beijing "telah menghancurkan kepercayaan" negara-negara kawasan dengan penguatan militer di pulau-pulau yang dikendalikannya. Namun, dia menyeimbangkan pernyataan itu dengan menyerukan arbitrasi dan diplomasi untuk menyelesaikan masalah.

Di sisi lain, setelah bertemu dengan Wang, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan China menginginkan hubungan baik dengan pemerintahan Trump.

"Beijing tentunya menyambut baik hubungan mendalam dengan Amerika Serikat," ujarnya kepada Sky News.

"Mereka menginginkan era kerja sama, mereka melihat ada kesempatan untuk memperdalam koneksi dengan pemerintahan yang baru dan sebagaimana dia (Wang) katakan, Amerika Serikat dan China hanya akan mengalami kerugian jika kedua negara berkonflik."

"Impresi saya adalah China menginginkan hubungan positif dengan Amerika Serikat."





Credit  CNN Indonesia