Rabu, 08 Februari 2017

Akankah ‘Perang Bintang’ Antara Rusia-AS Terjadi dalam Waktu Dekat?


 
Rusia sedang mengembangkan rudal dan sistem laser yang dapat menghancurkan satelit Amerika di orbit Bumi rendah (bahasa Inggris: low Earth orbit/LEO), kata kepala Komando Strategis AS (STRATCOM). Namun demikian, para pakar militer Rusia mengatakan bahwa ‘perang bintang’ yang melibatkan senjata laser tak akan terjadi dalam waktu dekat.
 
 aerospace defense
Pada pertengahan 1970-an, Uni Soviet melakukan penelitian untuk mengembangkan senjata laser. Hasil riset ini kemudian menghasilkan A-60, sebuah laboratorium terbang eksperimental dengan laser yang dipasang pada pesawat Il-76. Sumber: Vladislav Belogrud/RIA Novosti
Rusia sedang mengembangkan sistem rudal dan laser untuk melumpuhkan satelit AS, kata Kepala STRATCOM Jenderal John Hyten. Karena itu, AS perlu mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman ini, ungkap sang jenderal meyakini.
“Kita harus mencegah perangai buruk di luar angkasa dan kita juga perlu mencegah terjadinya konflik di luar angkasa,“ kata Jenderal Hyten yang secara khusus menyebutkan bahwa Tiongkok dan Rusia sedang menciptakan senjata yang dapat menyasar target di orbit Bumi rendah (LEO) dan disebarkan di permukaan Bumi.
Satelit-satelit Amerika di wilayah LEO sangat rentan terhadap ancaman ini dan Washington harus mengambil tindakan untuk mengamankan mereka, kata Jenderal Hyten tanpa memerinci langkah-langkah apa yang perlu diambil. Sang jenderal adalah orang yang bertanggung jawab atas arsenal nuklir Amerika, operasi ruang angkasa, pertahanan rudal, dan perang siber.
Viktor Murakhovsky, pemimpin redaksi majalah Arsenal Otechestva, mengatakan bahwa Hyten sedang mencoba untuk menakut-nakuti wajib pajak Amerika dengan isu ancaman Rusia yang baru demi mendapatakan lebih banyak uang untuk proyek-proyek militer.

Laser Soviet

“Pada pertengahan 1970-an, Uni Soviet melakukan penelitian untuk mengembangkan senjata laser. Hasil riset ini kemudian menghasilkan A-60, sebuah laboratorium terbang eksperimental dengan laser yang dipasang pada pesawat Il-76,” kata Murakhovsky.
Sayangnya, program ini dinyatakan gagal dan kementerian pertahanan menutup proyek ini pada awal 1990-an. Pada pertengahan 2000-an, proyek ini kembali dilanjutkan. Namun, hingga kini tak ada yang bisa diketahui karena program ini diklasifikasikan sebagai rahasia negara.
“Hingga kini, berbagai proyek senjata laser masih dalam tataran fiksi ilmiah. Baik Rusia maupun Amerika Serikat belum memiliki sumber energi yang memadai untuk menggerakkan sistem ini di Bumi ataupun di luar angkasa,” kata Dmitry Safonov, seorang analis militer Izvestia.

Sistem Rudal Baru

Namun demikian, baik sistem rudal Rusia maupun Amerika sebenarnya sama-sama mampu menghancurkan sasaran di LEO. Kolonel (Purn.) Viktor Litovkin, seorang pakar militer TASS, mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal yang dikerahkan di luar kota Moskow mampu menghancurkan sasaran di orbit Bumi rendah dan merupakan salah satu proyek negara yang paling dirahasiakan.
“Jika diperlukan, para perancang Rusia dan Amerika bisa meningkatkan kemampuan sistem pertahanan rudal baik yang ada saat ini maupun di masa depan supaya mereka dapat menghancurkan target di orbit Bumi rendah,” kata Litovkin. “Pada 2018, Almaz-Antey, perusahaan pertahanan milik negara, akan mengeluarkan sistem pertahanan udara terbaru S-500 yang akan mampu menghancurkan target musuh pada ketinggian itu.”

Traktat Luar Angkasa

Para analis militer menilai pernyataan jenderal AS sebagai upaya untuk memulai militerisasi ruang angkasa. Namun, hal ini tentu saja akan berbenturan dengan hukum. Pada 1967, Washington dan Moskow menandatangani dan meratifikasi perjanjian demiliterisasi luar angkasa, yang dikenal sebagai Traktat Luar Angkasa.
Traktat Luar Angkasa (secara resmi disebut Traktat mengenai Asas-Asas yang Mengatur Aktivitas Negara-negara dalam Penjelajahan dan Penggunaan Luar Angkasa, termasuk Bulan dan Benda Langit Lainnya) adalah traktat yang menjadi dasar hukum luar angkasa. Traktat ini ditandatangani pada 27 Januari 1967 dan mulai berlaku pada 10 Oktober 1967. Pada Mei 2013, 102 negara telah meratifikasi traktat ini, sementara 27 lainnya telah menandatanganinya, tapi belum meratifikasinya.
Perjanjian internasional ini melarang kedua negara menyebarkan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya di orbit Bumi. Namun demikian, penyebaran sistem senjata konvensional tetap diperbolehkan.
Hingga kini, tak satu pun dari negara-negara yang menandatangani dan meratifikasi perjanjian tahun 1967 ini mengerahkan sistem semacam itu di ruang angkasa.




Credit  RBTH Indonesia