Rusia sedang
mengembangkan rudal dan sistem laser yang dapat menghancurkan satelit
Amerika di orbit Bumi rendah (bahasa Inggris: low Earth orbit/LEO), kata
kepala Komando Strategis AS (STRATCOM). Namun demikian, para pakar
militer Rusia mengatakan bahwa ‘perang bintang’ yang melibatkan senjata
laser tak akan terjadi dalam waktu dekat.
Pada pertengahan 1970-an,
Uni Soviet melakukan penelitian untuk mengembangkan senjata laser. Hasil
riset ini kemudian menghasilkan A-60, sebuah laboratorium terbang
eksperimental dengan laser yang dipasang pada pesawat Il-76.
Sumber: Vladislav Belogrud/RIA Novosti
“Kita harus mencegah perangai buruk di luar angkasa dan kita juga perlu mencegah terjadinya konflik di luar angkasa,“ kata Jenderal Hyten yang secara khusus menyebutkan bahwa Tiongkok dan Rusia sedang menciptakan senjata yang dapat menyasar target di orbit Bumi rendah (LEO) dan disebarkan di permukaan Bumi.
Satelit-satelit Amerika di wilayah LEO sangat rentan terhadap ancaman ini dan Washington harus mengambil tindakan untuk mengamankan mereka, kata Jenderal Hyten tanpa memerinci langkah-langkah apa yang perlu diambil. Sang jenderal adalah orang yang bertanggung jawab atas arsenal nuklir Amerika, operasi ruang angkasa, pertahanan rudal, dan perang siber.
Viktor Murakhovsky, pemimpin redaksi majalah Arsenal Otechestva, mengatakan bahwa Hyten sedang mencoba untuk menakut-nakuti wajib pajak Amerika dengan isu ancaman Rusia yang baru demi mendapatakan lebih banyak uang untuk proyek-proyek militer.
Laser Soviet
“Pada pertengahan 1970-an, Uni Soviet melakukan penelitian untuk mengembangkan senjata laser. Hasil riset ini kemudian menghasilkan A-60, sebuah laboratorium terbang eksperimental dengan laser yang dipasang pada pesawat Il-76,” kata Murakhovsky.Sayangnya, program ini dinyatakan gagal dan kementerian pertahanan menutup proyek ini pada awal 1990-an. Pada pertengahan 2000-an, proyek ini kembali dilanjutkan. Namun, hingga kini tak ada yang bisa diketahui karena program ini diklasifikasikan sebagai rahasia negara.
“Hingga kini, berbagai proyek senjata laser masih dalam tataran fiksi ilmiah. Baik Rusia maupun Amerika Serikat belum memiliki sumber energi yang memadai untuk menggerakkan sistem ini di Bumi ataupun di luar angkasa,” kata Dmitry Safonov, seorang analis militer Izvestia.
Sistem Rudal Baru
Namun demikian, baik sistem rudal Rusia maupun Amerika sebenarnya sama-sama mampu menghancurkan sasaran di LEO. Kolonel (Purn.) Viktor Litovkin, seorang pakar militer TASS, mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal yang dikerahkan di luar kota Moskow mampu menghancurkan sasaran di orbit Bumi rendah dan merupakan salah satu proyek negara yang paling dirahasiakan.“Jika diperlukan, para perancang Rusia dan Amerika bisa meningkatkan kemampuan sistem pertahanan rudal baik yang ada saat ini maupun di masa depan supaya mereka dapat menghancurkan target di orbit Bumi rendah,” kata Litovkin. “Pada 2018, Almaz-Antey, perusahaan pertahanan milik negara, akan mengeluarkan sistem pertahanan udara terbaru S-500 yang akan mampu menghancurkan target musuh pada ketinggian itu.”
Traktat Luar Angkasa
Para analis militer menilai pernyataan jenderal AS sebagai upaya untuk memulai militerisasi ruang angkasa. Namun, hal ini tentu saja akan berbenturan dengan hukum. Pada 1967, Washington dan Moskow menandatangani dan meratifikasi perjanjian demiliterisasi luar angkasa, yang dikenal sebagai Traktat Luar Angkasa.
Traktat
Luar Angkasa (secara resmi disebut Traktat mengenai Asas-Asas yang
Mengatur Aktivitas Negara-negara dalam Penjelajahan dan Penggunaan Luar
Angkasa, termasuk Bulan dan Benda Langit Lainnya) adalah traktat yang
menjadi dasar hukum luar angkasa. Traktat ini ditandatangani pada 27
Januari 1967 dan mulai berlaku pada 10 Oktober 1967. Pada Mei 2013, 102
negara telah meratifikasi traktat ini, sementara 27 lainnya telah
menandatanganinya, tapi belum meratifikasinya.
Hingga kini, tak satu pun dari negara-negara yang menandatangani dan meratifikasi perjanjian tahun 1967 ini mengerahkan sistem semacam itu di ruang angkasa.
Credit RBTH Indonesia