Gedung Putih menyatakan baru pada tahap awal sekali untuk membicarakan upaya memenuhi janji Donald Trump memindahkan kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Jika ini benar dilakukan Trump, maka dunia Arab, bahkan dunia Islam, akan marah besar.
"Kami bahkan baru pada tingkat yang awal sekali dalam membahas subyek ini," kata Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer seperti dikutip Reuters.
Gedung Putih memastikan tidak akan tergesa-gesa memindahkan lokasi kedubes AS di Israel itu. Selama ini, seperti kebanyakan kedubes asing lainnya, kedubes AS terletak di Tel Aviv.
Israel menyebut Yerusalem ibu kota abadinya, namun Palestina juga mengklaim kota itu bagian tak terpisahkan dari Negara Palestina. Kedua pihak mendasarkan klaim mereka dari alasan keagaman, sejarah dan politik.
Selama berkampanye, Trump berjanji memindahkan kedubes AS di Israel ke Yerusalem. Namun jika itu dilakukan pasti mengundang protes keras dari sekutu-sekutu AS di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania dan Mesir. Ketiga negara ini sangat diandalkan AS dalam memerangi ISIS yang dianggap Trump sebagai prioritas kebijakannya.
Pada 1995 Kongres AS meloloskan undang-udang bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel dan tidak boleh dibagi dua. Namun para presiden AS baik dari Demokrat maupun Republik, sebelum Trump, mempertahankan kedubes AS tetap di Tel Aviv.
Mereka juga menyokong setiap negosiasi antara Israel dan Palestina menyangkut status Yerusalem, demikian Reuters.
Credit antaranews.com
AS Bersiap Pindahkan Kedubes di Israel ke Yerusalem, Situasi Memanas
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) sesuai janji Presiden Donald Trump bersiap-siap
untuk memindahkan kedutaan besar (Kedubes)-nya di Israel dari Tel Aviv
ke Yerusalem. Langkah AS ini membuat situasi memanas, di mana Palestina
dan Yordania siap untuk melawan.
Gedung Putih mengatakan rencana pemindahan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem sudah dalam tahap awal pembicaraan. ”Kami berada di tahap yang sangat awal untuk membahas hal ini,” kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer.
Trump sebelumnya dilaporkan telah berbicara dengan kubu garis keras pro-Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal rencana pemindahan Kedubes AS itu.
Yerusalem menjadi wilayah yang diperebutkan Israel dan Palestina. Palestina sudah menyiapkan Yerusalem timur sebagai ibu kota masa depan negara mereka. Tapi, Israel ingin Yerusalem sepenuhnya jadi ibu kota negara Yahudi itu.
AS sejatinya tidak mengakui wilayah Yerusalem sebagai wilayah Israel dan menyatakan wilayah itu status-quo. Namun, Presiden Trump membuat perubahan yang pro-Israel dengan menjanjikan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Ratusan warga Palestina di berbagai kota, termasuk di Yerusalem Timur memprotes rencana pemindahan Kedubs AS tersebut.
Wali Kota Yerusalem Nir Barkat menyambut baik pengumuman pemerintahan Trump. Pengumuman malam ini telah mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota tak terpisahkan dari Negara Israel,” kata Barkat dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Al Jazeera, Senin (23/1/2017).
”Kami akan memberikan setiap dan semua bantuan yang diperlukan kepada pemerintah AS untuk memastikan bahwa kedutaan pemindahan dilakukan mulus dan efisien,” lanjut Barkat.
Sementara itu, Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bertemu pada hari Minggu di Amman. Mereka berkoordinasi untuk melawan rencana pemindahan Kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Kedua pemimpin membahas konsekuensi yang mungkin soal pemindahan Kedutaan Amerika dan setuju untuk mengambil sejumlah langkah jika kedutaan direlokasi,” tulis kantor berita Otoritas Palestina, WAFA.
Gedung Putih mengatakan rencana pemindahan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem sudah dalam tahap awal pembicaraan. ”Kami berada di tahap yang sangat awal untuk membahas hal ini,” kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer.
Trump sebelumnya dilaporkan telah berbicara dengan kubu garis keras pro-Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal rencana pemindahan Kedubes AS itu.
Yerusalem menjadi wilayah yang diperebutkan Israel dan Palestina. Palestina sudah menyiapkan Yerusalem timur sebagai ibu kota masa depan negara mereka. Tapi, Israel ingin Yerusalem sepenuhnya jadi ibu kota negara Yahudi itu.
AS sejatinya tidak mengakui wilayah Yerusalem sebagai wilayah Israel dan menyatakan wilayah itu status-quo. Namun, Presiden Trump membuat perubahan yang pro-Israel dengan menjanjikan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Ratusan warga Palestina di berbagai kota, termasuk di Yerusalem Timur memprotes rencana pemindahan Kedubs AS tersebut.
Wali Kota Yerusalem Nir Barkat menyambut baik pengumuman pemerintahan Trump. Pengumuman malam ini telah mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota tak terpisahkan dari Negara Israel,” kata Barkat dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Al Jazeera, Senin (23/1/2017).
”Kami akan memberikan setiap dan semua bantuan yang diperlukan kepada pemerintah AS untuk memastikan bahwa kedutaan pemindahan dilakukan mulus dan efisien,” lanjut Barkat.
Sementara itu, Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bertemu pada hari Minggu di Amman. Mereka berkoordinasi untuk melawan rencana pemindahan Kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Kedua pemimpin membahas konsekuensi yang mungkin soal pemindahan Kedutaan Amerika dan setuju untuk mengambil sejumlah langkah jika kedutaan direlokasi,” tulis kantor berita Otoritas Palestina, WAFA.
”Kami telah mencapai kesepakatan dengan Yordania pada serangkaian langkah-langkah yang akan diambil jika AS memindahkan kedutaannya ke Yerusalem,” kata Abbas usai pertemuan dengan Raja Abdullah II.
Presiden Trump sendiri telah berbicara kepada wartawan Israel pekan lalu, soal janji kampanyenya untuk memindahkan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem.
”Tentu saja saya ingat apa yang saya katakan tentang Yerusalem,” katanya kepada wartawan dari surat kabar Israel, Hayom. "Tentu saja saya tidak lupa. Dan saya tahu saya bukan orang yang melanggar janji.”
Credit http://international.sindonews.com/read/1173234/42/as-bersiap-pindahkan-kedubes-di-israel-ke-yerusalem-situasi-memanas-1485131752