Serangan gabungan berlangsung di kota
Al-Bab, Provinsi Aleppo, Suriah, menandakan pertama kalinya Ankara dan
Moskow bekerja sama sama secara militer. (Reuters/Shawn Nickel)
Serangan gabungan ini berlangsung di kota Al-Bab, Provinsi Aleppo, wilayah di mana tentara Turki dan pemberontak Suriah mencoba memberangus ISIS.
"Sekitar sembilan pesawat tempur Rusia dan delapan pesawat tempur Turki menyerang dan menghancurkan setidaknya 36 target," ungkap seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan Rusia, Letnan Jenderal Sergei Rudskoi, seperti dikutip The Telegraph, Rabu (25/1).
Alasannya, selama ini Rusia mendukung rezim Presiden Bashar Al-Assad melawan pemberontak. Sementara Turki dan Amerika Serikat justru sebaliknya ingin menggulingkan pemerintah.
Walaupun begitu, langkah militer Turki ini dianggap bisa memicu amarah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sebabnya, Turki sebagai anggota NATO telah "bekerja sama" dengan Rusia, musuh bebuyutan yang dianggap NATO sebagai ancaman utama keamanan Eropa.
Kerja sama antar kedua negara ini pun tak pernah terpikirkan sebelumnya lantaran hubungan Moskow dan Ankara sempat memanas, bahkan terputus akibat insiden penembakan pesawat tempur angkatan udara Rusia oleh Turki di perbatasan Suriah pada November 2015 silam.
Normalisasi hubungan kedua negara kembali terjalin usai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta maaf secara langsung kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas insiden tersebut, Juni lalu.
Angkara dan Moskow bahkan berhasil membantu tercapainya kesepakatan gencatan senjata di seluruh Suriah.
Bersama Iran, kedua negara juga berhasil menggelar pembicaraan damai Suriah di Astana, ibu kota Kazakhstan pada awal pekan ini.
Meskipun perundingan tidak berjalan cukup lancar, pembicaraan damai ini merupakan langkah awal menggiring rezim Assad dan pemberontak menyudahi konflik sipil berkepanjangan yang telah menelan sektidaknya 300 ribu jiwa.
Credit CNN Indonesia