Pemerintah mengatakan, pemberontak di Xinjiang berupaya membentuk negara bernama Turkestan Timur. Kelompok itu terhubung dengan pegaris keras di Asia dan Timur Tengah, tambahnya.
Xinjiang banyak dihuni muslim Uighur, yang minoritas di China.
Polisi kota Hotan, Xinjiang Selatan, dikabarkan mengatasi kerusuhan pada Minggu malam itu setelah mengejar tiga anggota "kelompok teror", kata pemerintah Xinjiang dalam laman berita resminya, Tianshan Net.
"Kami menembak pelaku hingga tewas di tempat. Tak ada korban jiwa dari pihak kami," kata pemerintah.
Korban merupakan tersangka aksi kerusuhan April 2015, tambahnya tanpa memberi keterangan lebih lanjut.
Ratusan warga di Xinjiang tewas terbunuh dalam beberapa tahun terakhir akibat bentrok antara suku Uighur yang minoritas dan warga etnis Han.
Pemerintah menyalahkan pegaris keras atas kerusuhan tersebut. Namun, pegiat hak dan para pelarian politik mengatakan, konflik terjadi karena pemerintah China menekan masyarakat Uighur.
China menyangkal telah merepresi warga Xinjiang.
Xinjiang cukup tenang dalam beberapa bulan terakhir, mengingat tak ada kerusuhan skala besar terjadi.
Walau demikian, sejumlah oknum sempat menabrak bangunan pemerintah dan meledakkan bom mobil, Desember lalu kata media pemerintah.
Pelaku sempat menusuk dua warga, walau akhirnya petugas menembak mati ketiga oknum tersebut.
Pemerintah tampak menahan pemberitaan sejumlah insiden di Xinjiang dan membatasi wartawan asing yang bekerja di sana.
Alhasil banyak wartawan kesulitan membuat penilaian independen terkait keamanan di Xinjiang.
Serangan di tambang batu bara pada September 2015, yang menewaskan 16 orang, tidak diumumkan pemerintah hingga dua bulan.
Pemerintah kemudian memberitakan, petugas membunuh 28 "teroris", yang terlibat dalam kejadian itu.
Credit antaranews.com