WASHINGTON - Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan satu tentara tewas dan tiga lainnya terluka dalam baku tembak sengit dengan kelompok Al-Qaeda di Yaman. Serangan itu adalah operasi kontra terorisme pertama yang disetujui oleh Presiden Trump sejak ia menjabat sembilan hari lalu.
Pasukan AS terjun dari pesawat terbang jenis Osprey untuk melakukan serangan fajar di darat di Provinsi Bayda dan berlangsung kurang lebih satu jam. Targetnya adalah bangunan atau sejumlah bangunan berisi informasi yang menurut pejabat kontra terorisme dianggap cukup berharga untuk menjamin lebih baik melakukan operasi darat ketimbang udara, kata pejabat AS.
"Kami sangat sedih dengan hilangnya salah satu anggota divisi elit kami. Pengorbanan yang sangat besar dalam perjuangan kami melawan teroris yang mengancam masyarakat tidak berdosa di seluruh dunia," kata Kepala Komando Pusat Pentagon, Jenderal Joseph Votel, dinukil dari New York Times, Minggu (29/1/2017).
Pernyataan itu juga mengatakan sebuah pesawat militer turut membantu dalam operasi darat di dekatnya, meninggalkan seorang tentara yang keempat yang cedera. Pesawat, yang diidentifikasi sebagai V-22 Osprey dikirim untuk mengevakuasi pasukan yang terluka dalam serangan itu, tidak dapat terbang setelah pendaratan dan dihancurkan serangan udara AS.
"Diperkirakan 14 anggota Al-Qaeda tewas dalam serangan, yang menuntun pada mendapatkan informasi yang mungkin akan memberikan wawasan dalam perencanaan rencana teror di masa depan," kata pernyataan itu.
Seorang pejabat senior AS membantah laporan dari daerah bahwa sejumlah perempuan dan anak-anak sipil termasuk di antara korban tewas.
Lebih dari seminggu yang lalu, diduga serangan drone AS menewaskan tiga militan yang diyakini anggota Al-Qaeda di Provinsi Bayda dalam serangan pertama kali yang dilaporkan dilakukan oleh negara itu sejak Donald Trump menjadi presiden.
Credit sindonews.com
Pertama Kali Tentara AS Tewas Lawan al-Qaeda, Trump Sebut Heroik
WASHINGTON - Seorang tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan tiga lainnya terluka ketika melakukan serangan melawan kelompok militan al-Qaeda di Yaman selatan pada hari Minggu. Ini merupakan operasi pertama sekaligus korban pertama militer AS sejak resmi diperintah Presiden Donald Trump.Meski satu tentaranya tewas, Presiden Trump menyebut operasi militer itu sukses. ”Amerika sedang sedih pagi ini dengan berita bahwa kehidupan anggota layanan militer yang heroik telah diambil dalam perjuangan kami melawan kejahatan terorisme Islamis radikal,” kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Senin (30/1/2017).
Pentagon mengatakan militer AS menewaskan 14 gerilyawan dalam serangan terhadap kelompok al- Qaeda di Yaman yang selama ini juga jadi target serangan drone AS. Versi petugas medis di tempat kejadian, sekitar 30 orang, termasuk 10 perempuan dan anak-anak, tewas.
Menurut Pentagon, dua dari tiga tentara AS terluka ketika sebuah pesawat militer Amerika dikirim untuk mengevakuasi pasukan komando yang sedang terluka. Tapi, pesawat itu ditembaki. ”Sengaja dihancurkan di tempat,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, pihak al-Qaeda Yaman mengatakan, baku tembak terjadi Yakla, Provinsi al-Bayda. Pertempuran tersebut menewaskan seorang pemimpin senior al-Qaeda Yaman, Abdulraoof al-Dhahab, bersama dengan para militan lainnya.
Gadis delapan tahun, Anwar al-Awlaki—putri pengkhotbah Yaman kelahiran AS Anwar al-Awlaki—adalah salah satu dari anak-anak yang tewas dalam serangan AS. Ayah gadis itu tewas dalam serangan drone AS tahun 2011. Kakek korban, Nasser al-Awlaki mengecam serangan AS yang merenggut cucunya.
”Dia dihantam dengan peluru di lehernya dan menderita selama dua jam,” kata Nasser kepada Reuters. "Mengapa membunuh anak-anak, apakah ini adalah administrasi baru (AS)? Itu sangat menyedihkan, kejahatan besar,” kesal Nasser.
Credit sindonews.com