Presiden AS Donald Trump (Foto: CNN Indonesia/REUTERS/Joshua Roberts)
Perintah ini menutup pintu bagi pengungsi Suriah dan imigran atau pendatang dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Islam: Iran, Irak, Suriah, Sudan, Somalia, Libya, dan Yaman.
Akibatnya terjadi penahanan dan pemulangan orang-orang yang termasuk dalam perintah tersebut di berbagai bandar udara, baik yang ada di Amerika Serikat maupun di negara-negara lain.
Banyak yang tak terima sehingga melayangkan gugatan hukum. Setidaknya ada 100 kasus yang dilayangkan ke pengadilan.
Beberapa pengadilan bersikap berseberangan dengan perintah sang Presiden. Setidaknya tiga hakim federal memutuskan penangguhan penahanan dan pemulangan mereka yang terkena dampak aturan itu.
Gedung Putih pun jadi sasaran unjuk rasa pada Minggu (29/1). Begitu juga di Manhattan dan bandar-bandar udara macam Kennedy, Atlanta, Los Angeles, Washington, dan Dallas.
Alih-alih mendukung, beberapa senator Republikan menilai kebijakan Trump itu bisa merugikan AS sendiri. “Kami khawatir, perintah ini hanya akan melukai kita sendiri dalam perjuangan melawan terorisme,” kata senator John McCain dari Arizona dan Lindsey Graham dari South Carolina, dalam pernyataan resmi mereka.
Awalnya dikira perintah Trump tak menimpa warga negaranya sendiri. Tapi tak begitu kenyataannya.
Pemegang green card misalnya, sempat juga ditahan atau dipulangkan ke negara asalnya. Padahal, mereka adalah pemegang permanent resident yang sah.
Sementara warga negara AS yang kembali dari ketujuh negara yang terlarang itu pun harus bersedia ditanyai macam-macam oleh aparat, saat mereka kembali.
Larangan yang Merepotkan
Pelarangan Trump ini bikin repot dunia usaha. Google salah satunya. Perusahaan dengan karyawan dari berbagai negara ini meminta karyawannya yang terkena dampak untuk menghubungi tim keamanan globalnya.
Tim Cook, CEO Apple mengatakan mereka sungguh tak mendukung kebijakan macam itu.
Sedangkan CEO Facebook, Mark Zuckerberg menulis postingan yang mengkritisi kebijakan itu. Facebook sendiri sedang memeriksa dampak aturan itu pada tenaga kerja dan bagaimana melindungi para karyawannya.
Maskapai penerbangan Emirates pun repot benar. Perusahaan ini terpaksa mengganti sejumlah jadwal terbang pilot dan kru ke Amerika Serikat. Padahal Emirates punya jadwal penerbangan yang cukup padat ke 11 kota di AS.
Pengamat penerbangan John Strickland, kepada Reuters, mengatakan pelarangan Trump telah bikin sakit kepala banyak pihak di industri penerbangan.
Credit CNN Indonesia