MSF dengan lantang mengkritisi bahwa
perjanjian kontroversial yang disepakati pada Maret lalu akan membuat
para imigran ditahan selama beberapa bulan di berbagai kamp pengungsi
yang penuh sesak, di mana perkelahian, kebakaran dan protes kekerasan
kerap kali terjadi. (Reuters/Marko Djurica)
MSF telah lama menyerukan dibentuknya rute perjalanan yang aman
bagi para pengungsi ke Benua Biru untuk memastikan keselamatan
orang-orang yang melarikan diri dari konflik di negara asal. Ide tak
hanya dilontarkan MSF, tetapi juga berbagai organisasi kemanusiaan
lainnya juga mengutuk kesepakatan Uni Eropa dengan Turki untuk menahan
dan mendeportasi pencari suaka di Yunani.
|
"Kesepakatan Uni Eropa-Turki berjalan satu langkah di depan dalam
menempatkan konsep 'pengungsi' dan perlindungan yang ditawarkan kepada
pengungsi ke dalam bahaya," ujarnya.
Sekitar 8.000 orang, termasuk ratusan anak-anak tanpa orang tua dan
pendamping, terjebak di berbagai pulau di Yunani lantaran kesepakatan
Uni Eropa-Turki. Kesepakatan itu memang membolehkan para pengungsi
mengajukan suaka. Namun, jika pengajuan suaka mereka ditolak, para
pengungsi akan langsung di deportasi ke Turki tanpa adanya bantuan
hukum.
MSF dengan lantang mengkritisi bahwa perjanjian kontroversial yang
disepakati pada Maret lalu akan membuat para imigran ditahan selama
beberapa bulan di berbagai kamp pengungsi yang penuh sesak, di mana
perkelahian, kebakaran dan protes kekerasan kerap kali terjadi.
Jumlah imigran yang menyeberangi Laut Aegean dengan kapal
penyelundup manusia memang telah menurun dengan tajam sejak aturan baru
diberlakukan. Namun, para pencari suaka, terutama dari Suriah,
Afghanistan dan Irak, terus berdatangan.
Sebagian besar dari hampir 3.000 kematian yang tercatat tahun ini
terhadi di rute Mediterania Pusat, yakni antara Libya dan Italia.
Sementara, para pendukung kesepakatan Uni Eropa-Turki berpendapat
bahwa kesepakatan itu bertujuan untuk mengurangi jumlah imigran yang
tenggelam di laut. Komisi Eropa bahkan tengah mempertimbangkan untuk
menerapkan kesepakatan serupa di lebih dari 16 negara di Afrika dan
Timur Tengah.
"Kebijakan Pencegahan yang diajukan ke publik sebagai solusi
kemanusiaan hanya akan memperburuk penderitaan orang yang membutuhkan,"
kata Oberreit.
"Tidak ada poin kemanusiaan dalam kebijakan tersebut. Kesepakatan ini tak boleh menjadi norma dan harus ditantang," ujarnya.
"MSF tidak akan menerima dana dari lembaga dan pemerintah yang
kebijakannya melakukan begitu banyak kerusakan. Kami mengimbau
pemerintah Eropa untuk menggeser prioritasnya, yakni bukan memaksimalkan
jumlah orang yang dapat mereka kembalikan, namun memaksimalkan jumlah
pengungsi yang dapat mereka sambut dan lindungi," ucap Oberreit.
Juru bicara untuk MSF menyatakan penolakan terhadap dana dari Uni
Eropa akan berlaku secepatnya dan untuk berbagai proyek di seluruh
dunia. MSF menilai bahwa Uni Eropa memberikan "bantuan kemanusian yang
dibuat-buat."
Badan amal ini juga menuduh Uni Eropa menetapkan preseden yang
berbahaya yang memaksa orang untuk tinggal di negara-negara berkonflik,
memicu penutupan perbatasan yang mengarah kembali ke wilayah yang
dikuasai kelompok militan ISIS di dekat Azaz, Suriah. Di wilayah ini,
menurut catatan MSF, terdapat 100 ribu warga sipil yang terperangkap
antara perbatasan Turki yang ditutup dan baris depan pertempuran.
"Upaya Eropa untuk melakukan kontrol migrasi memiliki efek domino,
yakni ditutupnya perbatasan yang hanya mengarahkan pengungsi kembali ke
Suriah," kata Oberreit.
"Orang-orang akan semakin memiliki tempat untuk melarikan diri," ujarnya.
Dalam 18 bulan terakhir, organisasi ini telah membantu sekitar 200
ribu imigran di Eropa dan mereka yang menyebrangi Laut Mediterania
dengan kapal. Organisasi ini juga membantu pengungsi di penjuru Eropa,
serta di Timur Tengah dan Afrika.
Selain mendirikan dan menjalankan klinik di wilayah perbatasan dan
di kamp pengungsi, MSF juga mengoperasikan tiga kapal pencarian dan
penyelamatan di Laut Mediterania yang mengevakuasi lebih dari 1.300
pengungsi hanya dalam waktu 36 jam pada pekan lalu.
MSF memastikan bahwa penolakannya terhadap dana Uni Eropa tidak
akan mempengaruhi pasien yang mereka tangani. MSF memaparkan bahwa sudah
92 persen kegiatannya didanai oleh pihak swasta.
MSF menerima 19 juta euro, atau sekitar Rp285 miliar dari lembaga
Uni Eropa pada 2015. MSF juga menerima bantuan dana lainnya sebesar 37
juta euro, atau sekitar Rp556 miliar dari negara-negara anggota Uni
Eropa. Dalam operasinya, MSF juga bekerja sama dengan Inggris dan
sembilan negara lainnya.
Credit CNN Indonesia