Senin, 20 Juni 2016

Protes Kesepakatan Pengungsi, MSF Tolak Dana dari Uni Eropa

 
Protes Kesepakatan Pengungsi, MSF Tolak Dana dari Uni Eropa  
MSF dengan lantang mengkritisi bahwa perjanjian kontroversial yang disepakati pada Maret lalu akan membuat para imigran ditahan selama beberapa bulan di berbagai kamp pengungsi yang penuh sesak, di mana perkelahian, kebakaran dan protes kekerasan kerap kali terjadi. (Reuters/Marko Djurica)
 
Jakarta, CB --Salah satu badan amal terbesar yang fokus membantu imigran di penjuru Eropa, Dokter Lintas Batas, atau MSF, mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menerima dana bantuan dari Uni Eropa dan negara-negara anggotanya. Langkah ini dilakukan MSF sebagai bentuk protes terhadap kesepakatan Uni Eropa-Turki yang dinilai sebagai "respon memalukan" untuk mengatasi krisis pengungsi.
MSF telah lama menyerukan dibentuknya rute perjalanan yang aman bagi para pengungsi ke Benua Biru untuk memastikan keselamatan orang-orang yang melarikan diri dari konflik di negara asal. Ide tak hanya dilontarkan MSF, tetapi juga berbagai organisasi kemanusiaan lainnya juga mengutuk kesepakatan Uni Eropa dengan Turki untuk menahan dan mendeportasi pencari suaka di Yunani.
"Selama berbulan-bulan, MSF sudah lantang berbicara soal respon Eropa yang memalukan yang berfokus pada pencegahan ketimbang memberikan bantuan dan perlindungan bagi mereka yang membutuhkan," ujar Jerome Oberreit, Sekretaris Jenderal Internasional MSF, dikutip dari The Independent pada akhir pekan lalu. 
"Kesepakatan Uni Eropa-Turki berjalan satu langkah di depan dalam menempatkan konsep 'pengungsi' dan perlindungan yang ditawarkan kepada pengungsi ke dalam bahaya," ujarnya. 
Sekitar 8.000 orang, termasuk ratusan anak-anak tanpa orang tua dan pendamping, terjebak di berbagai pulau di Yunani lantaran kesepakatan Uni Eropa-Turki. Kesepakatan itu memang membolehkan para pengungsi mengajukan suaka. Namun, jika pengajuan suaka mereka ditolak, para pengungsi akan langsung di deportasi ke Turki tanpa adanya bantuan hukum.
MSF dengan lantang mengkritisi bahwa perjanjian kontroversial yang disepakati pada Maret lalu akan membuat para imigran ditahan selama beberapa bulan di berbagai kamp pengungsi yang penuh sesak, di mana perkelahian, kebakaran dan protes kekerasan kerap kali terjadi. 
Jumlah imigran yang menyeberangi Laut Aegean dengan kapal penyelundup manusia memang telah menurun dengan tajam sejak aturan baru diberlakukan. Namun, para pencari suaka, terutama dari Suriah, Afghanistan dan Irak, terus berdatangan.
Sebagian besar dari hampir 3.000 kematian yang tercatat tahun ini terhadi di rute Mediterania Pusat, yakni antara Libya dan Italia. 
Sementara, para pendukung kesepakatan Uni Eropa-Turki berpendapat bahwa kesepakatan itu bertujuan untuk mengurangi jumlah imigran yang tenggelam di laut. Komisi Eropa bahkan tengah mempertimbangkan untuk menerapkan kesepakatan serupa di lebih dari 16 negara di Afrika dan Timur Tengah.  
"Kebijakan Pencegahan yang diajukan ke publik sebagai solusi kemanusiaan hanya akan memperburuk penderitaan orang yang membutuhkan," kata Oberreit.
"Tidak ada poin kemanusiaan dalam kebijakan tersebut. Kesepakatan ini tak boleh menjadi norma dan harus ditantang," ujarnya. 
"MSF tidak akan menerima dana dari lembaga dan pemerintah yang kebijakannya melakukan begitu banyak kerusakan. Kami mengimbau pemerintah Eropa untuk menggeser prioritasnya, yakni bukan memaksimalkan jumlah orang yang dapat mereka kembalikan, namun memaksimalkan jumlah pengungsi yang dapat mereka sambut dan lindungi," ucap Oberreit. 
Juru bicara untuk MSF menyatakan penolakan terhadap dana dari Uni Eropa akan berlaku secepatnya dan untuk berbagai proyek di seluruh dunia. MSF menilai bahwa Uni Eropa memberikan "bantuan kemanusian yang dibuat-buat."
Badan amal ini juga menuduh Uni Eropa menetapkan preseden yang berbahaya yang memaksa orang untuk tinggal di negara-negara berkonflik, memicu penutupan perbatasan yang mengarah kembali ke wilayah yang dikuasai kelompok militan ISIS di dekat Azaz, Suriah. Di wilayah ini, menurut catatan MSF, terdapat 100 ribu warga sipil yang terperangkap antara perbatasan Turki yang ditutup dan baris depan pertempuran.
"Upaya Eropa untuk melakukan kontrol migrasi memiliki efek domino, yakni ditutupnya perbatasan yang hanya mengarahkan pengungsi kembali ke Suriah," kata Oberreit. 
"Orang-orang akan semakin memiliki tempat untuk melarikan diri," ujarnya.
Dalam 18 bulan terakhir, organisasi ini telah membantu sekitar 200 ribu imigran di Eropa dan mereka yang menyebrangi Laut Mediterania dengan kapal. Organisasi ini juga membantu pengungsi di penjuru Eropa, serta di Timur Tengah dan Afrika.
Selain mendirikan dan menjalankan klinik di wilayah perbatasan dan di kamp pengungsi, MSF juga mengoperasikan tiga kapal pencarian dan penyelamatan di Laut Mediterania yang mengevakuasi lebih dari 1.300 pengungsi hanya dalam waktu 36 jam pada pekan lalu.
MSF memastikan bahwa penolakannya terhadap dana Uni Eropa tidak akan mempengaruhi pasien yang mereka tangani. MSF memaparkan bahwa sudah 92 persen kegiatannya didanai oleh pihak swasta.
MSF menerima 19 juta euro, atau sekitar Rp285 miliar dari lembaga Uni Eropa pada 2015. MSF juga menerima bantuan dana lainnya sebesar 37 juta euro, atau sekitar Rp556 miliar dari negara-negara anggota Uni Eropa. Dalam operasinya, MSF juga bekerja sama dengan Inggris dan sembilan negara lainnya.




Credit  CNN Indonesia