Foto: Peluncuran satelit BRIsat (foto: Ariane Space)
Roket Ariane 5 yang dirakit oleh Arianespace, perusahaan asal Prancis, menjadi pembawa satelit BRIsat milik BRI menuju orbitnya di luar angkasa.
Siapa sebenarnya orang-orang hebat di balik peluncuran BRIsat ini?
Ada setidaknya 4 orang dari BRI yang menangani peluncuran BRIsat di Kourou. detikFinance berkesempatan menemui orang-orang ini, di Hotel De Roches, Kourou, Minggu (19/6/2016).
Meraka adalah Hexana Trisasongko yang bertindak sebagai Mission Director saat peluncuran BRIsat, Meiditomo Sutyarjoko selaku Spacecraft Mission Director Deputy, Eko Cahyono selaku Spacecraft System Engineering Manager, dan Lukman Hakim sebagai Program Manager Deputy.
Kiri ke kanan: Eko Cahyono, Hexana Trisasongko, Meiditomo Sutyarjoko, dan Lukman Hakim
|
Mereka ini memiliki peran penting saat peluncuran BRIsat. Hexana, Meiditomo, dan Eko bertugas di ruang kontrol untuk memantau perkembangan roket dan satelit, serta ikut menentukan peluncuran roket. Karena BRI menjadi salah satu pemilik satelit dalam roket tersebut.
Roket Ariane 5 yang digunakan mengangkut 2 satelit, selain BRIsat, juga diangkut satelit ECHOSTAR XVIII miliki Dish asal Amerika Serikat (AS).
Meiditomo menceritakan kompleksnya proses peluncuran roket, karena ada ribuan parameter teknis yang harus dipastikan aman, serta yang terakhir adalah faktor cuaca. Sehingga peluncuran aman, dan satelit bisa mencapai orbit. Jadi pembatalan peluncuran BRIsat hingga sampai 3 kali, biasa terjadi dengan alasan keamanan.
Kembali ke belakang, Hexana sebagai pemimpin proyek BRIsat menyatakan, Meiditomo dan Eko adalah perancang satelit ini.
"Di 2013 saya menghubungi Meidi untuk mendesain sebuah satelit," jelas Hexana.
Meidi mengaku, dirinya dan Eko merupakan mantan pegawai IPTN yang pernah ditugaskan untuk bekerja di perusahaan satelit di Amerika Serikat (AS) oleh BJ Habibie menjelang 1990.
"Saya di AS ditugaskan Pak Habibie. Pemerintah punya ketertarikan yang besar untuk mengembangkan satelit," kata Meidi.
Meidi dan Eko merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). Meidi bercerita usai dia bertugas di AS di 1997, kondisi Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi, IPTN juga tidak beroperasi lagi.
Akhirnya dia bekerja di luar negeri yang sesuai dengan bidang pendidikannya.
Hingga akhirnya Meidi bekerja pada sebuah perusahaan satelit di Hong Kong, bersama dengan Eko. Lalu pada April 2013, Meidi dihubungi Hexana untuk mendesain satelit dan bergabung dengan BRI.
Medi mengatakan, mendesain satelit tidak bisa satu orang, karena banyak kebutuhan ilmu yang diperlukan. Jadi dia dibantu Eko, dan anggota tim lainnya. Sehingga satelit yang diundang sesuai kebutuhan BRI.
Setelah desain selesai, satelit BRIsat dibuat oleh perusahaan asal AS, yaitu SSL.
Sebenarnya masih ada orang lagi di dalam tim BRIsat ini. Orang tersebut memantau pergerakan satelit dari ruang kontrol SSL.
Ke depan, Meiditomo dan lainnya, akan memimpin kontrol BRIsat lewat fasilitas yang dimiliki di Ragunan, Jakara Selatan.
Sebagai negara kepulauan, jaringan lewat satelit diperlukan, untuk bisa menjangkau daerah terpencil, yang jaringannya sulit memakai kabel.
Menurut Meiditomo, Indonesia bisa mengundang mengembangkan lokasi peluncuran roket satelit. Alasannya dekat dengan garis khatilistiwa.
Sejauh ini mayoritas satelit di atas Indonesia dimiliki asing. Kondisi ini membuat banyak devisa kabur ke luar negeri. Nilainya lebih dari 100 juta euro.
Lewat BRIsat, BRI menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelit sendiri.
Credit detikfinance