Namun berdasarkan penelitian terakhir, situs ini dikelilingi dan saling berhubungan dengan situs-situs lainnya sehingga membentuk Kawasan Gunung Padang dengan radius 5 km dari Situs Gunung Padang.
"Beberapa artefak telah ditemukan di kawasan yang lebih luas dari Situs Gunung Padang yang diketahui publik hari ini," kata Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Dr Ali Akbar dalam sieran persnya di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, MARI bekerja sama dengan berbagai komunitas mengadakan kegiatan Arkeologi Publik dan Wisata Kreatif dengan nama “Lacak Artefak".
"Untuk itu, MARI mengajak masyarakat yang peduli, baik masyarakat lokal ataupun kalangan urban, untuk melacak potensi sejarah dan kepurbakalaan yang mencerminkan “The Great Indonesia” sejak ribuan tahun silam," kata Ali.
Dijelaskan, kepedulian ini dirumuskan dalam kegiatan Lacak Artefak, khususnya untuk survei permukaan tanah untuk mendata potensi kepurbakalaan. Kegiatan akan diselenggarakan akhir pekan pada 3-5 April 2015, yang juga akan diisi dengan wisata astronomi, gastronomi/kuliner, kriya warga dan pergelaran seni lokal di Kawasan Gunung Padang.
"Keseluruhan kegiatan ini merupakan bentuk wisata kreatif seperti yang dirumuskan Creative Cities Network dan UNESCO (2006). Salah satu paket kegiatan kreatif ini adalah stargazing atau Lacak Bintang dan Bulan dengan disertai belajar sains astronomi dasar," katanya.
Kawasan Gunung Padang merupakan daerah yang masih terjaga dari polusi cahaya perumahan padat, atau lebih dikenal dengan istilah Dark Sky Region. "Waktu kegiatan diprediksi tepat pada waktu langit bersih tanpa awan, saat yang baik untuk mengamati langit secara kasat mata," pungkasnya.
Credit ANTARA News