Penggelaran rotasional wahana-wahana perang yang disebut dengan kapal tempur pesisir (LCS), dilakukan setelah Tiongkok terus memperkuat cengkeramannya di Laut Tiongkok Selatan dan terus tegangnya Semenanjung Korea.
"Kita akan segera menyaksikan empat LCS di sini di Singapura ketika kami menggelarkan secara rotasional kapal-kapal perang Armada Ketujuh," kata Laksamana Muda Charles Williams.
"Kami harapkan empat kapal perang ada di sini sampai 2017 sampai kira-kira pada 2018...sampai 2018, empat kapal LCS akan digelarkan secara rotasional di sini untuk Singapura."
Williams, panglima Gugus Tugas 73 Armada Ketujuh, berbicara kepada wartawan di geladak kapal perang USS Fort Worth, salah satu LCS yang digelarkan selama 16 bulan di Asia Tenggara.
Kapal perang ini menggantikan LCS lainnya, USS Freedom, yang baru-baru ini mengakhiri masa delapan bulan tugasnya.
USS Fort Worth akan ambil bagian dalam latihan perang Foal Eagle, yang adalah latihan perang bersama dengan Korea Selatan dari 24 Februari sampai 6 Maret.
Kapal perang ini juga akan bergabung dengan angkatan laut-angkatan laut kawasan ini dalam latihan perang bersama tahunan Kerja sama Kesiapan dan Pelatihan Apung, dan Eksibisi Pertahanan Maritim Internasional.
"Perang Angkatan Laut AS baik di Asia Tenggara maupun Asia Timur Laut adalah mengenai kehadirannya. Ini mengenai di mana kehadiran itu penting manakala kehadiran dianggap penting," kata Williams.
Cepat dan gesit, kapal-kapal perang LCS bisa diadaptasikan untuk misi-misi khusus melalui sistem modul dan awak tergantikan.
Angkatan Laut AS berencana membuat 52 LCS dengan total biaya 37 miliar dolar AS namun program ini menjadi kontroversial karena inflasi, desains dan masalah konstruksi.
Pada 2012 Leon Panetta yang kemudian menjadi menteri pertahanan AS, mengumumkan bahwa Washington akan menggeser sebagian besar armada lautnya ke Pasifik sampai 2020 sebagai bagian dari fokus strategis baru ke Asia.
Tiongkok terlibat dalam sengketa maritim dengan empat negara Asia Tenggara --Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam -- selain juga dengan Taiwan mengenai klaim di Laut Tiongkok Selatan. Sedangkan AS ingin memastikan kebebasan berlayar di area ini, demikian AFP.
Credit ANTARA News