Cage mengatakan Emwazi mengaku seperti
berada di penjara karena diawasi pasukan keamanan terus-menerus.
(Reuters via SITE Intel Group)
Dalam video-video ISIS, ia selalu berpakaian hitam-hitam, megenakan balaclava, penutup kepala dengan bukaan di bagian mata dan mulut, kerap memegang pisau dan melancarkan ancaman bagi negara-negara barat sebelum akhirnya memenggal korban-korbannya.
Mereka yang ditengarai dibunuh Jihadi John dalam video-video ISIS diantaranya warga AS James Foley, Steven Sotloff dan Peter Kassig, warga Inggris David Haines dan Alan Henning, warga Jepang Kenji Goto dan lebih dari 20 tentara Suriah.
Jihadi John yang sudah menjadi simbol kekejian ISIS dan menjadi salah satu orang yang paling dicari saat ini, diketahui berumur 26 tahun, berasal dari London, dan mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Westminster.
Media Inggris Daily Mail, merilis foto Emwazi saat ia masih bersekolah. Di gambar, terlihat foto Emwazi tersenyum, duduk dengan kaki bersila di antara teman-temannya di sebuah sekolah dasar di London barat.
Emwazi lahir di Kuwait namun dibawa orangtuanya ke Inggris saat ia berusia enam tahun. Ia pergi ke Suriah di sekitar tahun 2012.
Cage, lembaga yang memberikan advokasi bagi mereka yang dituduh teroris dan melawan program War on Terror yang diluncurkan oleh negara-negara Barat usai 9/11, memberikan pernyataan mengejutkan menyusul terkuaknya identitas Jihadi John.
Asim Qureshi, direktur riset Cage mengatakan bahwa Emwazi sudah lama menjadi target badan intelijen Inggris, MI5.
Pernah akan direkrut
Emwazi, yang lancar berbahasa Arab, pernah mengatakan bahwa MI5 pernah mencoba merekrutnya dan kemudian mencegahnya bepergian ke luar negeri. Ia lalu keluar tanpa mengatakan apa-apa kepada keluarganya, kata Qureshi dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Reuters.
"Ada satu karakter yang saya ingat, satu jenis orang yang saya ingat dan kemudian saya melihat gambar itu namun tampaknya tak ada korelasi antara keduanya," kata Qureshi wartawan.
"Saya merasa seperti seorang tahanan, hanya tidak dalam kandang, di London," tulis Emwazi lewat surat elektronik ke Cage.
Dia merasa seperti "orang yang dipenjara dan dikendalikan oleh petugas keamanan, (yang) menghentikan saya menjalani hidup baru di tempat kelahiran dan negara saya, Kuwait.”
Cage mengatakan Emwazi ditahan di Tanzania, ketika ia pergi untuk berliburan safari dengan dua orang temannya pada Agustus 2009.
Dia dideportasi ke Amsterdam dan diinterogasi oleh MI5 dan seorang perwira intelijen Belanda dan kemudian dikirim kembali ke Inggris, menurut Qureshi.
Frustrasi setelah tiga kali gagal kembali ke Kuwait dan mengubah namanya menjadi Muhammad al-Ayan, Emwazi meninggalkan rumah orang tuanya dan menyelinap keluar dari Inggris, menurut Qureshi.
Empat bulan kemudian, polisi mengunjungi rumah keluarganya, mengatakan mereka memiliki informasi bahwa Emwazi telah masuk ke Suriah. Keluarganya mengira ia berada di Turki untuk bantuan kemanusiaan.
Mengalihkan tanggung jawab
Reuters tidak dapat segera memverifikasi versi kejadian yang diberikan oleh Cage, yang memicu kritik karena dianggap berusaha memindahkan tanggung jawab atas kejahatan Emwazi.
"Saya rasa ini adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari Jihadi John," kata Shiraz Maher, dosen senior di Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi, King’s College, London.
"Mereka mencoba untuk menyalahkan ini kepada pemerintah Inggris," katanya kepada Sky news.
Cage, yang juga bekerja sama dengan keluarga Michael Adebolajo, seorang Muslim yang dituduh terlibat dalam pemmembunuhan seorang tentara Inggris di London pada Mei 2013, mengatakan kedua pria itu merupakan korban dari tekanan yang tak semestinya dari pihak keamanan.
MI5 tidak memberikan komentar secara terbuka tentang identitas militan atau latar belakang mereka sementara penyelidikan masih berlangsung.
Pemerintah Inggris dan polisi juga menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal identitas Emwazi, mengutip penyelidikan keamanan yang sedang berlangsung.
Credit CNN Indonesia