Jumat, 27 Februari 2015
Afrika Menjadi Palagan Abad 21 Para Mata-mata
Arloji Omega Seamaster ini sama dengan yang digunakan aktor Pierce Brosnan saat memerankan agen mata-mata James Bond di film Goldeneye. Sejak 1995, jam ini telah jadi bagian dari karakter James Bond. Dailymail.co.uk
CB, London - Afrika muncul sebagai teater abad ke-21 dalam dunia spionase, dengan Afrika Selatan sebagai pintu masuknya, kata tumpukan dokumen intelijen dan kabel rahasia yang berhasil dipelajari dan dilihat oleh media asal Inggris, Guardian. "Afrika sekarang menjadi El Dorado dunia spionase," kata salah satu perwira intelijen yang pernah bertugas di luar negeri. El Dorado adalah sebutan untuk tempat yang menyediakan peluang sangat lebar untuk banyak hal.
Benua itu semakin menjadi fokus mata-mata dunia internasional di tengah perebutan sumber daya yang kian meningkat, peran ekonomi Cina yang tumbuh secara dramatis, serta Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya yang dengan cepat memperluas kehadirannya dan operasi militer mereka di sana.
Dengan Afrika Selatan menjadi pembangkit dan komunikasi utama di kawasan ini, Pretoria menjadi pusat 'Great Game' baru di benua itu dan target spionase global, kata seorang pejabat intelijen. Great Game adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perseteruan dan konflik antara kekaisaran Inggris dan Rusia di Asia Tengah di masa lalu.
Dari dokumen yang bocor dan diperoleh Al-Jazeera dan dibagi dengan media Guardian, berisi nama 78 mata-mata asing yang bekerja di Pretoria, dengan foto-foto mereka, alamat, dan nomor telepon seluler-serta 65 agen intelijen asing yang diidentifikasi oleh Afrika Selatan, termasuk dengan pekerjaan samarannya. Di antara negara pengirim mata-mata adalah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Senegal.
Amerika Serikat, bersama dengan sekutu Prancis dan Inggris, adalah kekuatan militer dan diplomatik utama di benua itu. Afrika Selatan menghabiskan banyak energi dan perhatiannya pada kelompok jihad dan Iran, meskipun dokumen rahasia itu menunjukkan bahwa badan intelijen negara itu tidak menganggap keduanya sebagai ancaman besar bagi Afrika Selatan. "Orang Amerika mendapatkan apa yang mereka inginkan," kata seorang sumber dari kalangan intelijen.
Sasaran para agen intelijen asing banyak sekali, mulai dari kelompok-kelompok jihad hingga pencurian ekonomi atau teknologi. Cina telah muncul sebagai salah satu pelaku ekonomi terbesar di benua itu, karena melakukan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur.
Intelijen Cina diidentifikasi dalam satu kabel rahasia sebagai tersangka dalam penerobosan fasilitas nuklir negara itu. Sebuah file tertanggal Desember 2009, yang berisi laporan kontra-intelijen Afrika Selatan, mengatakan bahwa badan mata-mata asing telah "bekerja ekstra untuk mempengaruhi" program perluasan energi nuklir negara itu, mengidentifikasi AS dan intelijen Prancis sebagai pemain utama. Namun karena "kecanggihan operasi rahasia mereka", intelijen Afrika Selatan tidak mungkin untuk menghentikan kegiatan mereka.
Namun, penerobosan di pusat penelitian nuklir Pelindaba tahun 2007--tempat pemerintahan apartheid Afrika Selatan mengembangkan senjata nuklir pada 1970-an--oleh empat penjahat bersenjata dan memakai teknologi canggih, disebut oleh intelijen Afrika Selatan sebagai tindakan spionase negara. Pada saat itu pejabat publik mengabaikannya dan menyebutnya hanya sebagai perampokan.
Beberapa lembaga spionase dilaporkan telah menunjukkan minatnya atas kemajuan Pebble Bed Modular Reactor (PBMR) Afrika Selatan. Menurut file laporan badan intelijen itu, pencurian dan pembobolan di lokasi PBMR diduga dilakukan untuk "memajukan proyek saingan milik Cina". Laporan itu menambahkan bahwa Cina "sekarang satu tahun di depan ... meskipun mereka baru mulai beberapa tahun setelah peluncuran PBMR".
Dalam laporan intelijen oleh Afrika Selatan tertanggal Oktober 2009, Badan Intelijen Nasional, dalam soal operasinya di Afrika, mengatakan bahwa Israel "bekerja tekun untuk mengepung dan mengisolasi Sudan dari luar, dan meminyaki pemberontakan di Sudan". Israel "telah lama tertarik untuk memanfaatkan kekayaan mineral Afrika" dan "berencana untuk menyesuaikan berlian Afrika dan memproses mereka di Israel, yang sudah menjadi pemroses berlian terbesar kedua di dunia."
Dokumen itu juga melaporkan bahwa anggota delegasi yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman telah "memfasilitasi kontrak bagi warga Israel untuk melatih berbagai milisi" di Afrika. Hubungan Badan Intelijen Afrika Selatan dengan intelijen Israel, Mossad, mengalami pasang-surut. Keduanya dekat selama era apartheid, tapi menjauh di tahun-tahun awal pemerintahan Kongres Nasional Afrika yang pro-Palestina, dan terlihat lebih ambigu dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu faktor dalam daya tarik Afrika Selatan bagi agen mata-mata saingan adalah poros di dalam badan intelijen negara itu. Dokumen rahasia dari intelijen Afrika Selatan, yang berjudul Security Vulnerabilities in Government, tertanggal Oktober 2009, menawarkan pandangan tanpa kompromi dalam aspek kelemahan di sektor keamanan negara itu.
Menurut salah satu petugas intelijen yang memiliki pengalaman luas di Afrika Selatan, Badan Intelijen Negara terpecah-pecah dan "benar-benar disusupi oleh lembaga-lembaga asing". "Setiap orang bekerja untuk orang lain," kata laporan itu. Mantan kepala dinas rahasia Afrika Selatan, Mo Shaik, sekutu dekat Presiden Jacob Zuma, digambarkan sebagai orang kepercayaan AS dan sumber utama informasi tentang "the Zuma Camp", yang laporannya ada dalam kabel diplomatik yang dibocorkan oleh Wikileaks tahun 2008 dari kedutaan Amerika Serikat di Pretoria.
Credit TEMPO.CO