Perusahaan senjata AK-47 Rusia, Kalashnikov, kini jual produknya di Timur Tengah setelah kena sanksi AS. Foto Reuters.
Hal itu disampaikan CEO perushaan itu, Aleksey Krivoruchko, kepada Reuters dalam acara Pameran Produk Pertahanan Internasional (IDEX) di Abu Dhabi pada hari Minggu.
”Sanksi telah mengubah (strategi) penjualan. Setelah (sanksi) itu, kita menjual lebih dari senjata militer di pasar baru di Timur Tengah dan Afrika,” kata Krivoruchko yang dilansir Senin (23/2/2015). ”Ini bukan hanya AK-47, diversifikasi kami ke dalam berbagai macam produk, seperti roket, drone dan lain-lain."
Kalashnikov menjadi salah satu BUMN senjata Rusia, Rostec Corporation, yang masuk dalam daftar perusahaan yang dikenai sanksi oleh Barat. Sanksi itu dijatuhkan setelah Rusia dianggap melakukan intervensi dalam krisis di Ukraina dengan mempersenjatai separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Sejak dikenai sanksi, Kalashnikov menghentikan penjualan senjata apinya di AS, yang awalnya merupakan pasar terbesar perusahaan itu untuk produk senjata api sipil. ”Kami memiliki rencana besar untuk pasar AS. Orang-orang di sana mencintai produk kami dan penjualan kami telah mencapai dua kali lipat di sana,” ujar Krivoruchko.
Kemarin, Kalashnikov secara resmi mengumumkan di Abu Dhabi bahwa pihaknya telah mengakuisisi 51 persen saham di kedua perusahaan pertahanan Rusia yakni Zala Aero sebagai pengembang drone Rusia dan Euroyachting Rybinskaya Shipyard, pembuat kapal.
”Kedua perusahaan ini memiliki potensi yang besar. Permintaan untuk drone sangat besar di banyak pasar,” kata Krivoruchko.
Credit SINDOnews