CB, JAKARTA - Minimnya
bunga yang dikenakan dari pinjaman konsensi negara maju dan Bank Dunia
menjadi alasan utama pemerintah menggunakan skema tersebut untuk
membiayai pembangunan infrastruktur.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan bunga dari pinjaman konsensi negara maju dan Bank Dunia hanya 1%, sedangkan bank komersial mengenakan 7%-8%. Hal itu membuat pemerintah mengoptimalkan skema tersebut untuk membiayai pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
“Rasio utang Indonesia masih relatif aman dibandingkan dengan negara lain. Tentu pinjaman konsensi dari Jepang, dan Bank Dunia akan kami gunakan,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (27/2/2015).
Sofyan menuturkan penggunaan pinjaman konsensi dari Bank Dunia akan disertai dengan upaya menahan pengeluaran obligasi global yang dikeluarkan pemerintah. Cara tersebut dilakukan untuk menjaga rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia tetap pada level aman.
Menurutnya, dana yang berasal dari pinjaman tersebut akan diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dan sektor produktif lainnya, sehingga memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di dalam negeri.
“Semua perusahaan besar dan berkembang itu menggunakan utang untuk sektor produktif. Cara ini juga aman, karena hanya mengganti pinjaman dari bank komersial ke pinjaman konsensi negara maju dan Bank Dunia,” ujarnya.
Sofyan juga menyebutkan akan segera membuat daftar proyek pemerintah yang menjadi prioritas mendapatkan pembiayaan dari pinjaman tersebut.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan bunga dari pinjaman konsensi negara maju dan Bank Dunia hanya 1%, sedangkan bank komersial mengenakan 7%-8%. Hal itu membuat pemerintah mengoptimalkan skema tersebut untuk membiayai pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
“Rasio utang Indonesia masih relatif aman dibandingkan dengan negara lain. Tentu pinjaman konsensi dari Jepang, dan Bank Dunia akan kami gunakan,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (27/2/2015).
Sofyan menuturkan penggunaan pinjaman konsensi dari Bank Dunia akan disertai dengan upaya menahan pengeluaran obligasi global yang dikeluarkan pemerintah. Cara tersebut dilakukan untuk menjaga rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia tetap pada level aman.
Menurutnya, dana yang berasal dari pinjaman tersebut akan diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dan sektor produktif lainnya, sehingga memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di dalam negeri.
“Semua perusahaan besar dan berkembang itu menggunakan utang untuk sektor produktif. Cara ini juga aman, karena hanya mengganti pinjaman dari bank komersial ke pinjaman konsensi negara maju dan Bank Dunia,” ujarnya.
Sofyan juga menyebutkan akan segera membuat daftar proyek pemerintah yang menjadi prioritas mendapatkan pembiayaan dari pinjaman tersebut.
Credit Bisnis.com