RI langsung menarik pulang Duta Besar RI untuk Brasil.
Presiden Brazil Dilma Rousseff (REUTERS/Joedson Alves)
CB - Pengamat Hukum Internasional,
Hikmahanto Juwana, menilai sikap yang ditunjukkan Presiden Brasil, Dilma
Rousseff, yang menolak surat kepercayaan Duta Besar RI, Toto Riyanto
merupakan sikap berlebihan.
Menurut dia, penolakan itu jelas akan berdampak langsung pada hubungan Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Brasil. Buktinya, RI langsung menarik pulang Duta Besar RI untuk Brasil, Toto Riyanto ke Jakarta.
"Cuma pertanyaannya, apakah Brasil mau rusak hubungan dengan Indonesia, gara-gara warganya jadi gembong narkoba? Masak hubungan ini rusak gara-gara gembong narkoba, ini nggak masuk akal," kata Hikmahanto kepada VIVA.co.id, Minggu malam, 22 Februari 2015.
Hikmahanto menyarankan, sebaiknya Pemerintah RI tidak perlu menanggapi terlalu keras sikap Rousseff. RI, lanjut dia, tetap fokus dan konsisten memerangi narkoba, dengan segera mengeksekusi mati para gembong narkoba.
"Yang dilakukan Menlu cukup untuk konsultasi, sampaikan nota protes diplomatik. Yang perlu dilakukan adalah eksekusi segera, jangan ditunda," ujarnya.
Bagi Hikmahanto, sikap yang ditujukkan Rousseff seolah-olah menganggap Indonesia adalah musuh Brasil. Padahal, dalam situasi ini Indonesia tidak salah, karena menegakkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Guru Besar Hukum Internasional UI ini menyayangkan perlakuan Rousseff kepada Dubes RI untuk Brasil.
"Nggak usah kita balas, karena kita tidak memusuhi negara itu. Kita anggap saja Dilma (Rousseff) menyampaikan sesuatu di luar kendali dia. Kita pahami saja," paparnya.
Seperti yang diketahui, Rouseff menolak surat kepercayaan dari pemerintah Indonesia terkait dengan eksekusi mati yang menimpa warganya pada pertengahan bulan lalu. Hal itu disampaikan Rousseff melalui Menteri Luar Negeri Brasil.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmantha Christiawan Nasir, mengatakan, perlakuan ini membuat pemerintah menarik Toto dari Brazil.
Menurut dia, Toto akan berada di Jakarta sampai ada kepastian tanggal dari pemerintah Brazil untuk menerima surat kepercayaan dari Indonesia.
Credit VIVA.co.id
Menurut dia, penolakan itu jelas akan berdampak langsung pada hubungan Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Brasil. Buktinya, RI langsung menarik pulang Duta Besar RI untuk Brasil, Toto Riyanto ke Jakarta.
"Cuma pertanyaannya, apakah Brasil mau rusak hubungan dengan Indonesia, gara-gara warganya jadi gembong narkoba? Masak hubungan ini rusak gara-gara gembong narkoba, ini nggak masuk akal," kata Hikmahanto kepada VIVA.co.id, Minggu malam, 22 Februari 2015.
Hikmahanto menyarankan, sebaiknya Pemerintah RI tidak perlu menanggapi terlalu keras sikap Rousseff. RI, lanjut dia, tetap fokus dan konsisten memerangi narkoba, dengan segera mengeksekusi mati para gembong narkoba.
"Yang dilakukan Menlu cukup untuk konsultasi, sampaikan nota protes diplomatik. Yang perlu dilakukan adalah eksekusi segera, jangan ditunda," ujarnya.
Bagi Hikmahanto, sikap yang ditujukkan Rousseff seolah-olah menganggap Indonesia adalah musuh Brasil. Padahal, dalam situasi ini Indonesia tidak salah, karena menegakkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Guru Besar Hukum Internasional UI ini menyayangkan perlakuan Rousseff kepada Dubes RI untuk Brasil.
"Nggak usah kita balas, karena kita tidak memusuhi negara itu. Kita anggap saja Dilma (Rousseff) menyampaikan sesuatu di luar kendali dia. Kita pahami saja," paparnya.
Seperti yang diketahui, Rouseff menolak surat kepercayaan dari pemerintah Indonesia terkait dengan eksekusi mati yang menimpa warganya pada pertengahan bulan lalu. Hal itu disampaikan Rousseff melalui Menteri Luar Negeri Brasil.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmantha Christiawan Nasir, mengatakan, perlakuan ini membuat pemerintah menarik Toto dari Brazil.
Menurut dia, Toto akan berada di Jakarta sampai ada kepastian tanggal dari pemerintah Brazil untuk menerima surat kepercayaan dari Indonesia.
Credit VIVA.co.id