Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 02 Mei 2019
Sempat Menolak Diungkap, Ini Jumlah Senjata Nuklir AS Sekarang
WASHINGTON
- Departemen Energi Amerika Serikat (AS) pernah secara resmi menolak
permintaan informasi tentang jumlah persediaan senjata nuklir yang
diajukan oleh Federasi Ilmuwan Amerika. Penolakan itu merupakan yang
pertama kali sejak hampir satu dekade.
Para ilmuwan telah mendapat akses untuk menghitung stok senjata nuklir Amerika Serikat. Dalam laporan di Bulletin of the Atomic Scientists
terungkap bahwa negara itu total memiliki 6.185 hulu ledak nuklir yang
disimpan di 24 lokasi di 11 negara bagian AS, serta lima negara Eropa.
Laporan
stok senjata berbahaya Amerika itu ditulis Hans M. Kristensen, direktur
Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, dan rekannya dalam
proyek tersebut, Matt Korda. Laporan yang mereka tulis berjudul "United States nuclear forces, 2019" dan dirilis pada 29 April lalu.
Dari
penghitungan para ilmuwan tersebut, Departemen Pertahanan Amerika
Serikat mempertahankan cadangan hampir 3.800 hulu ledak nuklir. Sebagian
besar hulu ledak itu tidak dikerahkan, termasuk 2.385 hulu ledak yang
menunggu untuk pembongkaran.
Sedangkan yang dikerahkan sebanyak
1.750 hulu ledak. Yakni, sekitar 1.300 hulu ledak dipasang pada
rudal-rudal balistik, 300 hulu ledak ditempatkan di pangkalan pesawat
pembom strategis di Amerika Serikat, dengan 150 hulu ledak menjadi
senjata taktis dan sisanya dikerahkan di pangkalan-pangkalan militer di
Eropa.
Ketika Pentagon menolak merilis stok senjata nuklir AS
pada bulan lalu, para ilmuwan mengecamnya. Keputusan Pentagon bulan lalu
tersebut dinilai menciptakan ketidakpastian dan ketidakpercaya publik
tentang jumlah arsenal nuklir AS.
Pemerintahan Presiden Donald Trump pada awal tahun ini memutuskan untuk keluar dari Intermediate Range Nuclear Forces (INF) Treaty, perjanjian yang dibuat tahun 1978 untuk mencegah perang nuklir AS dan Rusia (saat itu masih bernama Uni Soviet).
Tak
hanya Perjanjian INF 1978, Moskow juga telah menyatakan keprihatinannya
soal nasib perjanjian New Start yang berada dalam bahwa jika tak ada
pembaruan sampai umur perjanjian akan berkahir pada 2021.
Bulletin of the Atomic Scientists
juga menyuarakan keprihatinan yang sama atas masa depan Perjanjian New
START. "Pemerintahan Trump belum mengindikasikan apakah akan berusaha
untuk memperpanjang perjanjian (atau tidak)...mengingat penasihat
Keamanan Nasional AS John Bolton meremehkan perjanjian pengendalian
senjata itu, prospek untuk ekstensi tampak agak suram," bunyi laporan
buletin tersebut, yang dikutip Kamis (2/5/2019).
Menurut
data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia
dan AS terus mempertahankan cadangan nuklir terbesar di dunia.
Masing-masing memiliki 6.850 dan 6.450 hulu ledak nuklir.
SIPRI
melanjutkan, Prancis, China, Inggris, Pakistan, India, Israel dan Korea
Utara memiliki persenjataan yang lebih kecil, masing-masing dengan 300,
280, 215, 140-150, 130-140, 80 dan 10-20 nuklir.