Senin, 11 Maret 2019

Tolak Ultimatum AS, Erdogan Bersikukuh Beli S-400 Rusia



Tolak Ultimatum AS, Erdogan Bersikukuh Beli S-400 Rusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tetap memilih sistem pertahanan rudal S-400 Rusia meski di ultimatum AS. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


ANKARA - Presiden Turki, Recep Tayyep Erdogan, menolak ultimatum Pentagon atas pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia. Ia menyatakan pengiriman sistem pertahanan rudal canggih buatan Rusia itu akan tetap berjalan sesuai rencana.

Sebelumnya, seorang juru bicara Pentagon memperingatkan Ankara bahwa jika rencana pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Rusia berlanjut, akan ada "konsekuensi besar" terhadap hubungan pertahanan antara Washington dan Ankara.

"S-400 yang kami beli tidak terhubung dengan keamanan NATO, Amerika Serikat, atau F-35 dengan cara apa pun," tegas Erdogan seperti disitir dari Sputnik, Minggu (10/3/2019).

"Alasan kami membeli sistem ini sudah jelas," tambah presiden, menekankan bahwa Ankara tidak menyembunyikan apa pun terkait dengan penggunaan S-400 Rusia.

Erdogan menyatakan harapannya bahwa masalah dalam hubungan antara Turki dan AS atas pembelian sistem pertahanan udara Rusia oleh Ankara dapat diselesaikan dengan cara yang sama seperti pada masalah lainnya.

Pernyataan Erdogan menanggapi komentar juru bicara Departemen Pertahanan AS Charlie Summers bahwa akan ada konsekuensi yang serius dalam hal hubungan militer AS-Turki, dan Patriot serta F-35 jika Ankara melanjutkan pembelian S-400-an. 

"Mereka tidak akan mendapatkan F-35 jika mereka mengambil S-400," kata Summers.

Minggu ini, seorang jenderal senior Pentagon mendesak anggota parlemen dari Komite Angkatan Bersenjata Senat AS untuk memblokir pengiriman jet F-35 ke Ankara jika tidak membatalkan pembelian S-400. Ia juga memperingatkan bahwa sistem pertahanan Rusia menghadirkan masalah untuk semua pesawat AS, khususnya F-35. 

Pekan lalu, media AS melaporkan bahwa Turki telah menolak tawaran US senilai USD3,5 miliar untuk membeli sistem pertahanan udara Patriot PAC-3 sebagai pengganti S-400.

Rusia dan Turki menandatangani kontrak USD2,5 miliar pada empat batalyon S-400 pada akhir 2017. Turki akan menjadi negara keempat yang memiliki sistem pertahanan ini setelah Rusia sendiri, Belarus, dan China ketika pengiriman dimulai pada Oktober.

Dirancang untuk menghentikan pesawat udara musuh, drone, rudal jelajah dan balistik, S-400 adalah sistem pertahanan udara paling canggih di gudang senjata Rusia.



Credit  sindonews.com