Jumat, 08 Maret 2019

Pemadaman Listrik Besar-besaran Landa Venezuela, Pemerintah Salahkan Sabotase



Pemadaman Listrik Besar-besaran Landa Venezuela, Pemerintah Salahkan Sabotase
Pemerintah Nicolas Maduro menyalahkan sabotase atas pemadaman listrik besar-besaran yang melanda Venezuela. Foto/Istimewa


CARACAS - Pemadaman listrik besar-besaran melanda Venezuela yang tengah dilanda krisis pada Kamis. Menanggapi hal itu, pemerintah Presiden Nicolas Maduro dengan cepat menyalahkan sabotase pada bendungan pembangkit listrik tenaga air yang menjadi sumber listrik bagi negara.

Pemadaman listrik sering terjadi di Venezuela, di mana ekonomi negara itu ambruk di bawah hiperinflasi, dengan kekurangan makan dan obat-obatan yang kronis serta emigrasi massal lebih dari 3 juta warga.

Para pengeritik mengatakan korupsi dan kurangnya investasi membuat jaringan listrik negara itu tidak dapat berfungsi, sementara Maduro mengatakan masalah itu sengaja diciptakan oleh musuh-musuh politiknya.

Kerumunan warga membanjiri jalan utama Caracas. Banyak orang mengatakan mereka harus berjalan selama beberapa jam menuju rumah mereka karena beberapa bus di jalanan penuh dan sistem kereta api bawah tanah kota ditutup.

"Orang yang bertanggung jawab untuk ini bernama Nicolas Maduro," kata Pedro Fernandez (44), seorang insinyur sistem di lingkungan Altamira di Caracas, dalam perjalanan dengan berjalan kaki ke sisi lain kota.

"Ini hanya puncak gunung es mengingat semua hal yang kita derita," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (8/3/2019).

Media lokal dan pengguna Twitter melaporkan bahwa pemadaman itu mempengaruhi Ibu Kota Caracas serta 15 dari 23 negara bagian. Seorang reporter televisi pemerintah menggambarkannya sebagai "pemadaman nasional."

"Mereka menyerang pembangkit dan transmisi di Guri (bendungan pembangkit listrik tenaga air), tulang punggung sistem kelistrikan," kata Menteri Kelistrikan Luis Motta melalui televisi pemerintah, tanpa menawarkan bukti.

Ia mengatakan layanan listrik akan dipulihkan dalam waktu sekitar tiga jam.





Credit  sindonews.com