Jumat, 08 Maret 2019

Ditahan di Venezuela, Jurnalis AS Dipaksa Dukung Maduro


Ditahan di Venezuela, Jurnalis AS Dipaksa Dukung Maduro
Seorang jurnalis AS, Cody Weddle, mengaku dipaksa menyatakan dukungan kepada Presiden Nicolas Maduro saat ditahan di Venezuela pada Rabu (6/3) lalu. (Reuters/Zachary Fagenson)




Jakarta, CB -- Seorang jurnalis Amerika Serikat, Cody Weddle, mengaku dipaksa menyatakan dukungan kepada Presiden Nicolas Maduro saat ditahan di Venezuela pada Rabu (6/3) lalu.

"Jelas mereka ingin saya mengatakan beberapa hal, isu-isu politik. Mereka ingin saya mengatakan bahwa Nicolas Maduro masih menjadi presiden," ujar Weddle setibanya di AS setelah dideportasi dari Venezuela pada Kamis (7/3).

Jurnalis lepas yang bekerja untuk sejumlah stasiun televisi Miami itu mengatakan bahwa para penyelidik menggunakan penutup wajah saat menginterogasinya. Mereka terus menuding Weddle kenal dengan pejabat militer senior di Venezuela.


"Mereka terus bertanya apakah saya memiliki kontak di dalam militer, apakah saya punya kontak di dalam pasukan kepolisian lokal atau kepolisian nasional," ucap Weddle kepada sejumlah wartawan yang menemuinya di Bandara Internasional Miami.

Penahanan ini terjadi di tengah krisis politik di Venezuela, di mana Maduro didesak mundur oleh Juan Guaido, pemimpin oposisi yang sudah mendeklarasikan diri sebagai presiden interim.

Guaido menyampaikan deklarasi tersebut di tengah demonstrasi besar-besaran untuk menolak Maduro yang dianggap menang melalui pemilu tidak sah.

Pria yang menjabat sebagai pemimpin parlemen Venezuela itu mendapatkan dukungan dari sekitar 50 negara, termasuk AS.

Institusi militer Venezuela sendiri sudah menyatakan bahwa mereka tetap mendukung Maduro. Namun, sejumlah pejabat tinggi mereka membelot dan mendukung Guaido.

Weddle mengaku sempat mewawancarai sejumlah pejabat juga beberapa personel militer dan kepolisian yang mengasingkan diri. Namun, ia tak pernah mewawancarai lima jenderal militer, seperti yang dituduhkan para penyelidik.

"Saya tidak tahu mereka dapat informasi dari mana, tapi jelas mereka pikir saya pernah menulis berita hasil wawancara lima jenderal," tutur Weddle.

Ia juga mengaku tak pernah menuliskan identitas orang-orang yang diwawancarai demi menghindari hal-hal seperti penahanan ini. Namun, menurut Weddle, ia tetap menjadi incaran karena kini memang sedang banyak ketidakpercayaan di dalam tubuh militer.

"Di dalam angkatan bersenjata, banyak ketidakpuasan, terutama di tingkat pejabat tinggi. Itu yang terus saya dengan dari banyak pejabat dan saya melaporkan itu," katanya.



Credit  cnnindonesia.com