Cina mencemaskan masa depan proyek minyaknya di Venezuela.
CB,
BEIJING -- Pemerintah Cina dilaporkan telah menjalin komunikasi dengan
kelompok oposisi Venezuela. Hal itu dilakukan Beijing untuk melindungi
investasinya di negara yang sedang dilanda krisis politik tersebut.
Wall Street Journal, mengutip sumber yang mengetahui tentang
pembicaraan tersebut melaporkan, Cina mencemaskan masa depan proyek
minyaknya di Venezuela. Beijing pun mengkhawatirkan tentang utang
Venezuela sebesar 20 miliar dolar AS terhadapnya.
Menurut
sumber tersebut, diplomat Cina melakukan pembicaraan dengan perwakilan
pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido di Washington, Amerika Serikat
(AS), dalam beberapa pekan terakhir. Tujuannya mencari jalan keluar atas
permasalahan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Beijing
belum memberikan komentar perihal laporan adanya pembicaraan dengan
oposisi Venezuela. Namun pada awal Februari lalu, juru bicara
Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan, negaranya menjalin
komunikasi dengan semua pihak yang berada di Venezuela.
Menurutnya
hal itu penting guna mempertahankan hubungan dan kerja sama yang telah
terjalin antara Beijing dan Caracas. "Tidak peduli bagaimana situasinya
berkembang, kerja sama Cina-Venezuela tidak boleh dirusak," ujar Geng.
Pakar
hubungan Cina di Amerika Latin dari US Army War College, R. Evan Ellis,
menilai wajar bila Beijing menjalin komunikasi dengan oposisi
Venezuela. Cina mengakui meningkatnya risiko perubahan rezim dan tidak
ingin berada di sisi oposisi rezim baru.
"Sementara mereka lebih
suka stabilitas, mereka menyadari bahwa mereka harus meletakkan telur di
keranjang lain," ujar Ellis menambahkan.
Selama hampir
dua dekade, kesepakatan pinjaman uang untuk minyak dengan Cina dan Rusia
telah memberikan dukungan vital bagi Venezuela. Hal itu berkembang pada
masa pemerintahan Hugo Chavez, yakni presiden Venezuela sebelum Nicolas
Maduro.
Kala itu, Chavez tidak hanya menjalin hubungan
erat dengan Rusia dan Cina. Dia pun membangun kerja sama dengan Kuba,
Iran, bahkan India, dalam upaya untuk memerangi kekuatan AS.
Namun
sejak Maduro memimpin, hubungan ekonomi dengan negara-negara tersebut
menegang. Perekonomian Venezuela mulai melemah diiringi dengan anjloknya
produksi minyak. Praktik korupsi pun menjalar di tubuh pemerintahan.
Sanksi
ekonomi yang dijatuhkan AS terhadap perusahaan minyak Venezuela, yakni
Petroleos de Venezuela S.A (PDVSA), pada bulan lalu, kian menggencet
Maduro. Sebab hal itu telah memotong satu-satunya sumber pendapatan
Venezuela. Dengan kata lain, produksi minyak negara tersebut juga
semakin tergerus.
Krisis politik di Venezuela telah
berlangsung sejak bulan lalu, tepatnya ketika ratusan ribu warga di sana
turun ke jalan dan menuntut Maduro mundur dari jabatannya. Saat itu,
Majelis Nasional Venezuela, yang juga dipimpin Juan Guaido, menyatakan
bahwa pemerintahan Maduro tidak sah.
Guaido kemudian
memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden sementara. AS segera
mengakui kepemimpinannya. Israel dan Australia juga mengikuti langkah AS
mendukung Guaido. Saat ini negara-negara Eropa juga telah mengakui
kepemimpinan Guaido. Mereka antara lain Prancis, Spanyol, Jerman,
Inggris, Portugal, Swedia, Denmark, Austria, Albania, dan Belanda.