Selasa, 11 Desember 2018

Penangkapan Bos Huawei dan Perang Teknologi AS-China


Penangkapan Bos Huawei dan Perang Teknologi AS-China
Ilustrasi (REUTERS/Aly Song)


Jakarta, CB -- Penangkapan penerus tahta sekaligus Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou menggambarkan makin intensifnya perang antara Amerika Serikat dan China untuk merajai teknologi.

Sebab, menurut James Andrew Lewis Direktur Program Kebijakan Teknologi di Pusat Strategi dan Studi Internasional di Washington kemampuan menguasai teknologi saat ini menjadi barometer kekuatan sebuah negara.

Berbeda dengan abad ke-20, dimana sumber daya alam dan kemampuan memproduksi barang dalam jumlah besar yang menjadi kekuatan nasional.


"Dasar-dasar keamanan dan kekuatan berbeda hari ini. Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan teknologi baru adalah sumber kekuatan ekonomi dan keamanan militer," kata Lewis seperti yang diwartakan CNN


Melalui pandangan itulah beberapa orang di pemerintah China menilai alasan besar dari penangkapan Meng. Meng ditangkap pada 1 Desember di Kanada atas permintaan otoritas AS dan meminta agar perempuan itu diekstradisi untuk menghadapi tuntutan di AS.

Huawei adalah salah satu pabrikan ponsel pintar dan peralatan jaringan terbesar di dunia. Huawei menjadi ujung tombak ambisi Cina untuk mengurangi ketergantungannya pada teknologi asing dan menjadi kekuatan inovasi di negaranya.

"AS sedang mencoba melakukan apa pun yang bisa menahan ekspansi Huawei di dunia karena perusahaan ini adalah perusahaan teknologi yang kompetitif China," kata salah satu editorial di koran pemerintah China Daily.

Untuk memenuhi ambisi penguasaan teknologi, China memompa ratusan milyar dolar ke dalam rencana "Made in China 2025". Lewat rencana ini, China ingin menjadi pemimpin global dalam industri seperti robotik, mobil listrik dan cip komputer.

Hambat penguasaan 5G


Saat ini prioritas utama Huawei adalah memperkenalkan teknologi nirkabel jaringan generasi kelima yakni 5G. Paul Triolo, Kepala perusahaan kebijakan resiko teknologi global Eurasia Group menyebut Huawei menjadi satu-satunya perusahaan di dunia yang bisa memproduksi semua elemen jaringan 5G.

Mulai dari perangkat untuk BTS, pusat data, antena, hingga ponsel. Mereka pun bisa memproduksi barang-barang ini dengan skala besar dan harga lebih terjangkau.

"Xi Jinping menyebut ingin China menguasai pasar 5G secara global," jelas Lewis kepada CNN Business. "Banyak orang yang memperkirakan teknologi (5G) ini akan menjadi gelombang teknologi berikutnya, seperti internet dan smartphone."

Tapi ambisi menguasai 5G butuh peran AS. Sebab, dari 92 komponen pemasok komponen ke Huawei, 33 diantaranya berasal dari AS. Intel, Qualcomm dan Micron memasok perangkat keras, sementara Microsoft dan Oracle digunakan untuk perangkat lunak, seperti disebutkan Tom Holland dari Gavekal Research.

Penerapan perang dagang oleh AS menjadi perlawanan terbuka untuk mempertahankan dominasi negara itu.

Penangkapan Meng disebut analis Jefferies, Edison Lee akan membuat rencana 5G China seikit terhambat. Sebab, larangan ekspor terhadap Huawei bisa menghambat diluncurkannya layanan 5G perusahaan itu, "atau setidaknya mengurangi volumenya," jelas Lee.

Sejumlah negara telah melarang penggunaan produk telekomunikasi dari perusahaan China, merujuk pada Huawei dan ZTE. Bersama dengna AS, Australia dan Selandia Baru telah mengesahkan aturan itu. Jepang tengah mengusulkan pelarangan serupa di negaranya. Sementara grup perusahaan telekomunikasi di Inggris, BT, menyebut mereka tak akan membeli perangkat 5G Huawei.



Credit  cnnindonesia.com