Jumat, 07 Desember 2018

Dituduh Cuci Otak Rohingya, Bangladesh Panggil Dubes Myanmar


Dituduh Cuci Otak Rohingya, Bangladesh Panggil Dubes Myanmar
Ilustrasi pengungsi etnis Rohingya. (REUTERS/Danish Siddiqui)


Jakarta, CB -- Pemerintah Bangladesh keberatan dengan tuduhan Menteri Agama Myanmar, Thura Aung Ko yang menyebut mereka telah mencuci otak etnis Rohingya untuk menguasai negara itu ketika dipulangkan dari pengungsian. Mereka memanggil Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh, U Lwin Oo pada Rabu (5/12) untuk meminta penjelasan.

"Kami memprotes keras pernyataan provokatif salah satu menteri mereka (Myanmar). Pernyataan itu juga menyinggung perasaan kaum Muslim," ucap pejabat senior Kementerian Luar Negeri Bangladesh kepada Reuters pada Kamis (6/12).

"Jika Anda (Myanmar) memberikan mereka (Rohingya) kewarganegaraan dan mengembalikan properti mereka, mereka akan kembali ke Myanmar. Alih-alih melakukan itu semua, kalian malah mengeluarkan pernyataan provokatif? Ini sangat disayangkan."


Pejabat itu menuturkan Lwin Oo mencoba meredakan komentar tersebut dengan mengatakan pernyataan Aung Ko murni pendapat pribadi.


"Tapi kita tetap meminta (Myanmar) menindak menteri tersebut," ucap pejabat Kemlu Bangladesh itu seperti dikutip Reuters.

Pada Selasa (4/12) lalu, Aung Ko menuding Bangladesh telah mencuci otak pengungsi Rohingya dengan tidak membiarkan mereka kembali ke Myanmar.

"Jika membiarkan mereka (Rohingya) pulang, maka populasi Bangladesh akan turun," ucap Aung Ko di Naypyidaw seperti dikutip The Channel NewsAsia.


"Lalu selain diberi makan, mereka (pengungsi Rohingya) di kamp-kamp pengungsian juga dicuci otaknya agar mau memprotes Myanmar. Mereka akan menggelar demo di Myanmar. Tujuan utama mereka adalah untuk menggelar protes di Myanmar."

Tak hanya itu, Aung Ko juga menuding para pengungsi Rohingya, yang mayoritas beragama Muslim, berupaya menanamkan praktik yang dinilai mengancam eksistensi mayoritas Buddha di Myanmar.

"Ketika warga Buddha mempraktikkan monogami dan hanya memiliki satu atau dua anak, sebuah 'agama ekstrem' malah menyerukan untuk memiliki tiga sampai empat istri dan memiliki 15-20 anak," kata Aung Ko dalam video yang dipublikasikan Radio Free Asia.


"Setelah tiga, empat, lima dekade, komunitas Buddha di negara ini tentunya akan menjadi minoritas."




Credit  cnnindonesia.com